Saturday, March 18, 2017

Etalase Buku #2

Indonesia Vrij
Indonesia Merdeka (Indonesia Vrij) merupakan pledoi dari Bapak Bangsa, Moh. Hatta yang disusun di dalam Penjara. Beliau saat itu masih berusia 26 tahun (Maret 1928) dan ditangkap karena memimpin Perhimpunan Indonesia. Nasib yang sama juga dialami oleh Soekarno yang ditangkap karena memimpin PNI dan dijebloskan ke Penjara Banceuy, Bandung dan menyusun pidato yang terkenal yaitu Indonesia Menggugat. Meskipun kedua pledoi disusun dengan tujuan yang sama, namun ternyata mengantarkan nasib yang berbeda. Bung Hatta kemudian divonis bebas sedangkan Bung Karno dihukum 4 tahun, hal ini juga menjadi bukti bahwa tedapat perbedaan yang nyata antara pengadilan negeri jajahan dan negeri penjajah.
Pidato beliau yang sangat padat sebagai pidato politik, ini perlu kita renungi hingga saat ini karena dalam beberapa hal masih relevan. Semangat beliau dalam “melawan penjajah” sekaligus strategi dalam menyusun materi pembelaan juga menjadi bahan yang menarik untuk dilakukan pengkajian. Prof. Dr. Mubyarto dalam pengantarnya pun menyebutkan:
Pidato Bung Hatta patut dijadikan bacaan wajib pakar-pakar politik kita
            Bagi saya pribadi, selain menjadi referensi politik namun juga menjawab sebagian pertanyaan yang sering terlintas dalam pikiran saya. Mengapa mahasiswa Indonesia selalu ikut bergejolak dan bahkan menjadi salahsatu nahkoda dalam politik nasional? Ternyata jawaban ini sudah tersaji dan dijelaskan secara gamblang oleh Bung Hatta sejak 80 tahun silam. Semoga apa yang telah disusun setelah membaca pidato secara utuh ini bisa bermanfaat untuk memantik semangat dalam merawat Indonesia.
         




Data Buku

·  Judul Buku:
Indonesia Vrij
(Indonesia Merdeka)
·  Penulis:
Moh. Hatta
·  Editor:
 Prof. Dr. Mubyarto
·  Tebal:

 xi+142 halaman




Daya Juang Pemuda dan Riwayat Perhimpunan Indonesia – Bagian Pertama
         
         Pergerakan pemuda di Indonesia berbeda dengan keadaan di negara lainnya, khususnya di belahan dunia barat. Dunia barat menganggap aneh, tidak normal dan gejala yang tidak sehat ketika seorang pemuda atau mahasiswa aktif di bidang politik. Gejala ini sebenarnya juga muncul di Rusia saat pemerintahan Tsar dan Kerajaan Austria Hongaria serta Italia saat dijajah pemerintah asing. Hal ini hampir sama dengan keadaan di Indonesia dan bukanlah suatu kebetulan.
            “Di benua Eropa, sebagian daripada angkatan muda yang terbaik, yang belajar di Sekolah – sekolah Tinggi, menaruh minat besar pada semua masalah sosial dan kemasyarakatan; tidak secara aktif, tetapi hanya secara abstrak” (hal. 3)
            Bung Hatta menambahkan bahwa pemuda Barat lebih berorientasi untuk mempersiapkan diri untuk bidang politik dan kemasyarakatan di kelak kemudian hari, sedangkan pemuda Indonesia memulainya sejak masih duduk di bangku sekolah. Hal ini dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat kolonial yang dengan cepat membuat pemuda mengalami kenyataan yang keras dan pahit. Hampir semua organisasi mencantumkan tujuan yang sama yaitu peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, harapan ini timbul karena pemuda Indonesia sungguh merasakan hinaan karena dijajah dan menyadari sepenuhnya penindasan rakyat oleh pemerintah asing.
Prinsip pokok kehidupan kolonial lainnya adalah bersikap tidak jujur. Hal ini pula yang dijalankan pihak kolonial sebagai sistem yang mewajibkan pejabat Indonesia untuk berdiam diri, berbohong dan berbicara yang baik tentang pemerintahan kolonial. Ini juga yang mempengaruhi para pemuda yang melihat bapak mereka sebagai “lambang ketidakjujuran abadi”. Ironi nasib yang terjadi kemudian anak muda yang paling banyak mengecam berasal dari kalangan priyayi itu sendiri, bahkan hingga mengancam hubungan kekeluargaan. Sedangkan, dalam negeri yang merdeka persoalan semacam itu tidak ada.
“Hati nurani nasional berbicara lebih keras daripada suara ikatan kekeluargaan...

Oleh karena semua motif kepentingan diri pribadi dan pertimbangan pribadi harus menyingkir untuk cita – cita kebangsaan.”

   Hal lainnya adalah sejak dari kecil angkatan muda Indonesia secara nasional dan rasial diterbelakangkan. Adanya pertentangan yang tajam antara kulit putih dengan kulit berwarna. Berbagai macam hinaan selalu dilontarkan dengan sengaja dan sadar untuk menyakiti perasaan halus masyarakat Indonesia. Ini pula yang memunculkan sikap bermusuhan dengan penjajah. Pendidikan sejarah juga dibungkus sedemikian rupa dengan mencekoki pahlawan kemerdekaan Eropa, namun untuk perjuangan yang sama dengan tokoh bangsa sendiri dianggap sebagai pemberontak. Inilah yang kemudian mendorong pemuda Indonesia yang belajar di Eropa untuk tidak hanya belajar dan menambah pengetahuan namun juga berarti melatih diri secara politis dan mempersiapkan dirri untuk tugas mulia di hari depan.

   Perhimpunan Indonesia bermula sejak 1908 dengan nama asal Indische Vereniging, bersamaan dengan Boedi Oetomo di Weltevreden (Jakarta). Perkembangan PI dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:
1. 1908 – 1913
2.    1913 – 1919
3.    1919 – 1923
4.    1923 – sekarang (1928) 

Ciri tahap pertama adalah mencari arah dan IV didirikan bukan kesadaran untuk berpolitik namun sekedar kebutuhan untuk berkumpul di perantauan. Pada tahun 1913 datanglah R.M. Soewardi Soraningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker yang menjadi korban peringatan Seratus Tahun Kemerdekaan Negeri Belanda. Ketiganya adalah pendukung Pikiran Baru dan lambat laun mulai membawa organisasi menuju dunia politik. Akibatnya donatur dari pihak Belanda untuk organisasi makin mundur dan menunjukkan simpati orang Belanda berakhir ketika yang dibicarakan adalah politik.
Pada musim gugur 1917, tokoh penting dari mahasiswa Indonesia, Belanda dan Tionghoa berkumpul dan membentuk perkumpulan yang mencakup semua pihak dengan nama “Indonesische Verbond”. Namun dalam dinamikanya terdapat pertentangan pandangan antara berbagai pihak mulai dari kongres pertama hingga selanjutnya dengan pihak Belanda yang tidak menghendaki penghapusan penjajahan itu.
Awal tahap ketiga diwarnai dengan perubahan nama menjadi Indonesische Vereniging (1922) dan diikuti dengan perubahan majalah menjadi “Indonesia Merdeka”. Kekecewaan muncul akibat Janji November yang tidak dipenuhi, sehingga muncul keyakinan bahwa dalam politik kolonial tak ada istilah untuk gagasan “Indonesia lepas dari Holland”. Hal ini yang mendasari prinsip non kooperasi dan mulai tahap keeempat dengan mengubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia.
Moh. Hatta mengemukakan riwayat panjang sejarah ini untuk menunjukkan bahwa PI tidak serta merta menolak bekerjasama dengan pemerintah jajahan demi masa depan Tanah Air dan percaya penuh terhadap maksud baik Nederland. Namun akibat pertentangan yang tidak dapat didamaikan maka kemudian terpaksa untuk menempuh jalannya sendiri.


Wednesday, October 14, 2015

WACANA #1

Eksplorasi, Relasi dan Kompetisi dalam Harmoni Keberagaman


Masa muda merupakan masa yang diwarnai dengan berbagai hal persahabatan, pencarian jati diri dan memiliki energi sangat tinggi yang harus disalurkan secara positif. UNESCO mendefinisikan bahwa pemuda merupakan kelompok usia transisi dari masa kanak – kanak yang masih memiliki ketergantungan menuju masa dewasa yang lebih bebas dan munculnya kesadaran sebagai bagian dari komunitas[4]. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda merupakan bagian yang sangat krusial dalam menjalani tahap pembinaan dan pengembangan kapasitas diri menjadi pribadi yang lebih baik untuk kemajuan peradaban suatu bangsa.
 Kondisi Indonesia saat ini dengan jumlah penduduk sebanyak 251 juta jiwa, sebanyak 44,98% merupakan usia produktif yakni pada kelompok usia 15 – 64 tahun. Kondisi ini akan terus meningkat hingga tahun 2025 mendatang[1]. Hal inilah yang disebut dengan Bonus Demografi yang ditandai dengan jumlah penduduk dengan usia produktif melebihi jumlah usia non produktif sehingga beban tanggungan akan semakin ringan[2]. Hal ini dapat menjadi momentum lompatan bangsa kita agar mampu berakselerasi menjadi negara maju berpendapatan tinggi[2]. Tentu hal tersebut dapat terwujud dengan dukungan dari berbagai faktor. Salahsatu diantaranya adalah penduduk yang berkualitas dan tersedianya lapangan tenaga kerja[1]. Namun sebaliknya, apabila sejak dari sekarang tidak dirancang strategi khusus untuk menghadapi hal tersebut, justru dapat menimbulkan bencana dan hilangnya window of opportunity. Hal ini semakin menekankan bahwa peran pemuda sangat diperlukan dan menentukan arah gerak bangsa kita kedepan.
Per 1 Januari 2016, seluruh negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN akan memasuki sebuah komunitas baru yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Saat ini ASEAN memiliki wilayah penduduk sekitar 591 juta orang atau 8,8 persen dari total populasi dunia dengan kekuatan ekonomi ketiga terbesar dunia. Oleh karena itu, MEA dicetuskan untuk meningkatkan daya saing ASEAN di mata dunia. Ide yang diusung sejak 1997 tersebut, akan berlangsung dengan ditopang empat pilar utama antara lain: terbentuknya pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi, pertumbuhan ekonomi yang merata dan integrasi penuh dengan perekonomian global. Pilar yang pertama didukung dengan aliran bebas barang, tenaga kerja terampil, jasa, investasi dan modal. Hal inilah yang mendasari adanya pergerakan arus tenaga kerja terampil secara bebas di wilayah ASEAN. Pegerakan tenaga kerja tersebut akan meliputi beberapa bidang profesi yang telah disepakati antara lain insinyur, perawat, arsitek, dokter, dokter gigi dan akuntan[3]. Oleh karena itu, peluang tersedianya lapangan tenaga kerja sudah terbuka lebar di depan mata, namun tentu kesempatan ini tidak dapat diperoleh secara instan, harus ada persiapan sejak sedini mungkin.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak dan terbesar di Asia Tenggara memiliki potensi sumber daya yang sangat kuat untuk turut berperan dalam MEA. Di sisi lain, dalam perjalanan bonus demografi ini pemuda akan sangat menentukan masa depan bangsa. Pemerintah perlu memperhatikan dan memberikan ruang tersendiri bagi para pemuda untuk turut menentukan arah gerak bangsa kedepan.
   Terdapat berbagai macam potensi dari sikap pemuda yang dapat dikembangkan dalam menghadapi situasi global hari ini, diantaranya adalah eksplorasi, relasi dan kompetisi. Pemuda sangat aktif dalam mencari identitas maupun jati diri, sehingga melakukan eksplorasi ke dalam seluruh aspek yang disukai dan terlebih pada daerah disekitar lingkungannya. Sayangnya hal ini terkadang dapat memberikan efek negatif, khususnya pada pemuda yang sedang berkembang di lingkungan yang kurang produktif. Banyak pemuda yang mengekspresikan kebebasannya dengan melanggar aturan, sehingga justru memicu berbagai permasalahan sosial seperti menjadi pecandu narkoba maupun kasus kriminal lainnya. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan yang baik sekaligus menarik pemuda agar mampu bergabung dalam suatu program pengembangan kapasitas diri tanpa membatasi peran pemuda namun tetap dalam koridor tata aturan yang berlaku.
Salahsatu obsesi pemuda yang dapat dikembangkan adalah sikap keingintahuannya terhadap dunia. Hal tersebut dapat difasilitasi dengan memberikan ruang yang terbuka dan secara luas kepada para pemuda untuk berpetualang mengarungi dunia. Pertukaran pelajar ke luar negeri merupakan salah satu opsi yang mendukung aspek ini. Student exchange di level Asia Tenggara mampu memfasilitasi pemuda dalam ajang eksplorasi dan adaptasi hidup di negara yang berbeda. Selain itu, ajang pertukaran pelajar mampu menjadi sarana komunikasi budaya yang efektif dan meningkatkan kecintaan terhadap budaya dalam negeri, sehingga akan semakin memperdalam khazanah  budaya Asia Tenggara. Saat ini, dalam dunia akademisi tentu telah ada beberapa program pertukaran pelajar yang berlangsung namun masih memiliki kekurangan dari segi aksesibilitas dan jumlah yang terbatas bagi para pemuda Indonesia. Hal ini dapat disiasati dengan meningkatkan intensitas maupun kapasitas para pemuda agar mampu diarahkan untuk kegiatan positif ini.
Beasiswa studi ke luar negeri khususnya di Asia Tenggara juga harus ditingkatkan. Program tersebut secara tidak langsung menjadi sarana memacu profesionalisme untuk mencapai kompetensi di bidang masing – masing. Selain itu, dengan adanya beasiswa akan menciptakan peluang untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat berbeda sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri sekaligus kesempatan untuk ekspansi menjadi tenaga kerja profesional di negara tersebut. Pemerintah memiliki andil yang besar dalam menciptakan berbagai peluang tersebut.
Tahapan masa muda selalu membutuhkan ruang dan sahabat untuk berkembang bersama. Oleh karena itu, pemuda sangat bersemangat dalam membangun relasi dengan siapapun, khususnya yang memiliki angan dan cita bersama. Pandangan yang visioner didukung dengan sifat eksplorasi yang tinggi mampu difasilitasi dengan Forum pertemuan pemuda atau pelajar tingkat Asia Tenggara. Saat ini telah ada banyak program Pemuda di Asia Tenggara namun masih bersifat umum sehingga cakupan kapasitasnya masih sedikit. Hal ini tentu harus ditingkatkan dengan membentuk forum pemuda yang memiliki spesifikasi dan rumpun ilmu masing – masing. Efek positif yang dapat diperoleh selain terjalin rasa persaudaraan, namun juga menjadi wahana saling bertukar informasi mengenai kondisi negara masing – masing. Liberalisasi tenaga kerja profesional dalam MEA akan semakin berjalan mulus dengan adanya kegiatan tersebut, hal ini karena semakin meningkatnya komunikasi secara intensif. Forum tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk pembahasan berbagai kendala sekaligus pembahasan berbagai rancangan dan strategi pendukung dalam skema MEA misalnya MRA (Mutual Recognition Agreement).
Selain itu, forum perkumpulan pemuda tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menggalakkan Community Service. Hal ini tentu telah kita sadari bersama bahwa tidak semua negara di Asia Tenggara telah memiliki kedudukan ekonomi yang setara. Pemuda yang masih memiliki energi yang tinggi dan memiliki kekuatan dapat dioptimalkan dengan memberikan bantuan dalam bentuk apapun sebagai upaya untuk menyejahteraan warga di negara tersebut.
Masa muda selain diwarnai dengan petualangan maupun membangun jaaringan relasi, juga diwarnai dengan ajang eksistensi diri. Dapat kita cermati kondisi lingkungan kita dengan banyaknya pemuda yang kemudian bergabung dengan komunitas tertentu dan rela melakukan apapun agar dirinya tetap dianggap eksis di lingkungan sosial. Salahsatu permasalahan yang mengemuka adalah munculnya komunitas yang dicap negatif karena melakukan berbagai tindakan yang meresahkan masyarakat, misalnya melakukan vandalisme di masyarakat hanya sebagai sarana untuk menunjukkan jati diri di khalayak umum. Hal ini menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa yang paling kuat dalam rangka membentuk karakter dan menunjukkan eksistensinya pada dunia namun tentu harus diarahkan ke bidang yang positif.
Eksistensi dapat diperoleh melalui berbagai macam cara, dapat berupa ajang kompetisi maupun pameran hasil karya individual dan berbagai macam pertunjukan. Ajang kompetisi dapat diadakan dengan berbagai perlombaan yang sesuai dengan karakter muda, sehingga akan mengasah kreativitas. Salahsatu contohnya adalah lomba desain, mural atau poster yang mengangkat unsur budaya dari masing – masing negara, hal ini selain meningkatkan pengalaman dalam hal menelaah budaya sendiri selain itu juga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai bentuk kebudayaan negara di sekitar kita. Bagi mahasiswa maupun kalangan pelajar dapat difasilitasi dengan berbagai macam perlombaan mengenai bidang pendidikan tertentu atau karya tulis di tingkat Asia Tenggara. Berbagai pameran mengenai kesenian maupun pertunjukan juga dapat diciptakan agar pemuda makin mencintai kebudayaan sendiri, sekaligus memiliki karakter yang kuat dengan mengusung nilai lokal ke dunia internasional. Semua hal tersebut dirancang dengan maksud supaya pemuda semakin disibukkan dengan kegiatan dan mampu menyalurkan energinya ke dalam hal positif sekaligus membawa karakter sesuai dengan kepribadian bangsa namun berwawasan dunia.
MEA sudah selayaknya disikapi dengan positif yakni dengan meningkatnya peluang hubungan kerjasama antarnegara Asia Tenggara dan terbukanya lapangan kerja yang lebih luas. Namun kedua hal tersebut, tentu dapat dicapai dengan berbagai persiapan yang matang dan individu yang siap untuk berkompetisi di dunia global. Harapannya tentu kita semua mampu memanfaatkan window of opportunity dalam momentum bonus demografi sekaligus Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga mampu menjadi zona akselerasi Indonesia yang bertransformasi menjadi negara maju. Tahun 2028 – 2031 diperkirakan merupakan puncak bonus demografi[2], oleh karena itu pemuda yang saat ini sedang berkembanglah yang akan menjadi penentu haluan bangsa. Manfaatkan setiap peluang yang ada saat ini dan tambatkan cita – cita setinggi mungkin untuk mengenal dunia yang sangat luas. Kini sudah saatnya kita menyikapi keberagaman dan perbedaan bukan menjadi suatu ancaman, namun dapat disikapi secara positif dan menunjang eksistensi suatu bangsa. Dengan menciptakan ruang bagi pemuda dalam melakukan eksplorasi, membangun relasi dan berkompetisi di level Asia Tenggara maka pemuda akan semakin siap dan bersemangat untuk berkontribusi penuh di era MEA. 

Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Lomba Karya Tulis Sampoerna Corner 2015
“Generasi Muda Menjawab Persaingan dan Tantangan Global di Era MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN)

Oktober 2015, Sleman
©muhfahmialfian

Sumber Referensi:
1.  BKKBN, 2003, Bonus Demografi, diakses tanggal 7 Mei 2015
2.  Kompas, Modal Mencapai Bonus Demografi Tak Memadai, Selasa 28 April 2015.
3.  Penerbit Buku Kompas, 2015, Tinjauan Kompas: Menatap Indonesia 2015 Antara Harapan dan Tantangan, PT. Gramedia, Jakarta.
4.  UNESCO,2015, What do we mean by “youth”, diakses tanggal 6 Mei 2015, (http://www.unesco.org/new/en/social-and-humansciences/themes/youth/ youth-definition/)

Sumber Gambar
     http://www.isigood.com/wp-content/uploads/2014/11/1119238shutterstock-124494013780x390 770x470.jpg

WACANA #0



            Alhamdulillah minggu ini masih diberikan nikmat waktu luang sehingga masih bisa berbagi dan sedikit mengisi blog ini. Sebagai soft launching tak lebih kiranya ini hanyalah sebagai pengantar saja dan sedikit doa serta harapan di dalamnya. Inilih subtopik baru yang saya berikan titel WACANA. Sesuai dengan namanya, pada topik ini nantinya saya akan mencoba sumbangkan beberapa ide, gagasan dan pemikiran saya mengenai berbagai kondisi di lingkungan sekitar kita. Barangkali ada diantara kita yang sedang menggali informasi dan mencoba mencri alternatif pemikiran maupun rekan diskusi mengenai topik tertentu, tentu itu menjadi salahsatu tujuan saya dalam menciptakan subtopik ini. Sebagian dari isi topik ini mungkin adalah beberapa karya yang telah saya ikut sertakan dalam beberapa lomba kepenulisan. Dalam benak saya hingga saat ini adalah alangkah lebih bermanfaat ketika berbagai macam karya tersebut akhirnya dipublikasikan dan bisa dinikmati sekaligus dipelajari bersama. Demikian, inilah harapan yang telah terucap dan semua itu akan menjadi pengingat maupun pengikat dalam meraih capaian – capaian selanjutnya. Terimakasih, selamat membaca dan berdialektika! J

Sumber Gambar: https://vorneto.files.wordpress.com/2012/01/ss26009-211.jpg

Friday, October 2, 2015

Etalase Buku #1

Mahasiswa Baru Jadilah Kupu-Kupu!


 Data Buku 
     
   ·  Judul Buku:
    Metamorfosa, Dari Siswa Menjadi Mahasiswa
   ·  Penulis:
    Mukhlis Said
   ·  Tebal:
       xv+123 halaman 

           Menjadi mahasiswa ternyata tidak cukup hanya naik jenjang saja, layaknya seorang anak kecil yang beranjak masuk sekolah dari TK menuju SD semata. Kesiapan fisik, intelektual dan mental pun rasanya belum cukup untuk menyandang status baru ini. Oleh karena itu, menjadi mahasiswa juga harus bersiap dengan dunia yang baru dengan tanggungjawab dan tantangan baru. Tak banyak yang menyesal ketika menjalani perkuliahan hanya dengan seadanya, tanpa persiapan dan perencanaan yang matang ketika di awal hingga sungguh menyesal ketika melihat kesuksesan orang lain. Buku ini hadir untuk menjadi bekal dalam mengarungi dunia perkuliahan tersebut agar tidak hanya menjadi mahasiswa biasa namun juga memiliki prestasi yang luar biasa.

          Buku ini mengambil filosofi metamorfosis sebagaimana proses biologis yang terjadi dalam fase perubahan menuju tingkatan lebih tinggi yang sempurna. Layaknya sebuah fase dari ulat menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi kupu – kupu yang indah, buku ini juga terbagi menjadi tiga bagian: metamorfosa pola pikir, metamorfosa perilaku dan metamorfosa jiwa. Metamorfosa pola pikir merupakan fase awal yang memberikan dorongan dalam membuka ladang kontribusi. Metamorfosa perilaku merupakan panduan mahasiswa dalam meningkatkan kualitas individu khusunya manajemen diri. Selanjutnya, metamorfosa jiwa menggenapkan fase sebelumnya dengan cara menanamkan pemikiran atas hati yang jernih agar terbentuk karakter berintegritas. Ketiga hal inilah yang kemudian menjadi ramuan khusus yang dibawakan penulis untuk mengarungi dunia mahasiswa.

      Teknik penyampaian dalam buku ini telah disusun dengan cara sederhana dalam berbagai subtopik yang ringan dibaca dan sangat mudah dipahami. Bahkan, dalam setiap pergantian topik pun diselingi dengan beberapa bait puisi maupun polesan ilustrasi yang mempercantik sekaligus memperkaya isi buku. Berbagai quotes dari kalimat inspiratif pemimpin dunia dan buku legendaris pun tak kalah menghiasi sekaligus tak jarang menjadi analogi dan semakin menajamkan pikiran atas materi yang telah dijelaskan secara gamblang.

           Berbagai isi dan kutipan mengenai kisah pemimpin bangsa yang termuat dalam buku ini merupakan langkah yang tepat dalam menyuntikkan semangat kepada para pembaca. Namun alangkah lebih bagus dan sempurna apabila dilengkapi dengan catatan referensi mengenai acuan yang telah dicantumkan. Hal ini menjadi penting karena selain menjaga otentisitas dan validitas dalam pesan yang disampaikan, namun juga dapat memberikan dorongan bagi pembaca agar membaca literatur atau referensi yang telah dicantumkan tersebut. Tentu hal tersebut akan memberikan dampak positif, khususnya bagi yang merasa belum puas dan ingin mengkaji lebih dalam lagi dengan merujuk referensi yang telah menjadi acuan penulis.

      Terlepas dari segala kekurangan dan keterbatasan dalam buku ini, sungguh tak berlebihan rasanya apabila buku ini bisa jadi merupakan persembahan istimewa dari Cak Mukhlis yang telah peduli atas generasi penerusnya dalam mewariskan pengalamannya sekaligus mencetak kader mahasiswa yang lebih kuat nantinya. Kini bukan jamannya lagi mahasiswa menjadi kupu – kupu yang bermakna negatif yaitu kuliah – pulang untuk menghabiskan waktu saja. Namun justru sebaliknya, jadilah mahasiswa yang selalu memiliki daya juang untuk melakukan perubahan secara sempurna hingga menjadi kupu – kupu yang mempesona dan terbang tinggi mengangkasa! Selamat bermetamorfosa!

Oktober 2015, Sleman
©muhfahmialfian

Rangkuman buku ini saya persembahkan untuk Anik Kurniati, seorang sahabat yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelami isi buku ini. Terimakasih.

Launching Etalase Buku #0


            Alhamdulillah, sangat bersyukur rasanya ketika masih diperkenankan oleh-Nya untuk menginjak awal bulan Oktober ini. Salahsatu ungkapan syukur tersebut tentu sudah seharusnya kita wujudkan dengan karya yang lebih nyata dan bermanfaat bagi sesama. Bulan lalu, akhirnya blog ini telah diisi “sesuatu” hal yang baru dan alhamdulillah mampu mengundang minat kawan – kawan semua untuk sedikit menengok isi dari blog saya. Terimakasih banyak atas perhatian teman – teman, secara tidak langsung dengan itulah saya merasakan adanya dorongan dan suntikan semangat luar biasa untuk berkontribusi lebih banyak lagi. Oleh karena itu, menyambut bulan baru dan semangat yang baru, maka pada kesempatan ini izinkanlah saya untuk mempersembahkan sebuah sub topik baru yang saya sebut dengan “ETALASE BUKU”.

            Etalase Buku ini merupakan jawaban atas keresahan pribadi saya yang selama ini merasakan hanya mampu “menikmati asupan gizi” melalui belajar dan membaca saja, namun sungguh sulit luar biasa untuk mencoba menghasilkan karya. Pernah suatu kali ingin menyampaikan sebuah resensi buku ke koran lokal, namun terkadang kendala dana untuk membeli buku baru best seller sangat terbatas dan kendala teknis lainnya. Sehingga, melalui blog ini semoga mampu melepaskan saya dari batasan tersebut namun tetap bisa memberikan manfaat bagi kawan semua. Harapan saya nantinya “Etalase Buku” ini menjadi semacam bukti pertanggungjawaban saya bahwa saya telah menyelami dan menyerap seluruh ilmu melalui buku tersebut. Selain itu, “Etalase Buku” juga dapat memberikan gambaran bagi kawan – kawan sekalian yang mungkin tertarik namun belum sempat membacanya. Sungguh akan lengkap rasanya apabila teman – teman yang telah membaca postingan saya dapat menghadirkan diskusi yang hangat dan nantinya akan mampu membuka pandangan baru atas pemikiran kita bersama.

            Rencana kedepan, subtopik ini akan saya isi dengan berbagai macam buku yang sebagian besar telah saya miliki dan tersimpan berjajar rapi di rumah. Akan sangat banyak sekali buku yang akan memenuhi “Etalase Buku” ini dan tentu akan jauh lebih sempurna dan berguna apabila teman – teman mampu mempelajarinya secara langsung. Apabila teman – teman tertarik untuk sekedar melihat atau meminjam buku koleksi saya tersebut, insyaAllah kesempatan itu akan sangat terbuka bagi teman – teman semua. Tantangan selanjutnya bagi saya adalah bagaimana cara agar mempertahankan semangat yang sudah dinyalakan ini agar tetap membara hingga tak pandang waktu untuk memindahkan seluruh buku saya untuk mengisi etalase ini. Untuk mewujudkan angan tersebut tentu perlu doa dan dukungan sekaligus suntikan semangat dari kawan – kawan semua, agar saya senantiasa mampu mempersembahkan cerita dari  “buku yang bergizi” untuk kita semua. Akhir kata, semoga bermanfaat dan jangan sungkan untuk memberikan masukan kepada pribadi saya yang masih banyak memiliki kekurangan. Selamat menikmati sajian sederhana dari saya J

Oktober 2015, Sleman
©muhfahmialfian

Sumber Gambar: 
- http://spd.fotolog.com/photo/29/29/17/bagustakwin/13346818381606_f.jpg
- Dokumen Pribadi

Sunday, September 20, 2015

Berjuang Bersama Meraih Mimpi Menuju Jerman


Pusat Studi Jerman UGM kembali mengadakan event  yang keempat kalinya dalam rangkaian tahun ini, yakni Talkshow “Studentenleben in Deutschland” atau Student Life in Germany. Talkshow ini diadakan untuk memfasilitasi masyarakat dengan cara berbagi informasi mengenai  berbagai macam persiapan dan gambaran sekaligus mendongkrak motivasi untuk melanjutkan studi ke negeri Jerman. Acara ini mampu menyedot animo masyarakat yang sangat tinggi untuk melanjutkan studi di Jerman, terbukti dengan tiket acara yang telah sold out semenjak H+10 pendaftaran dibuka. Namun karena keterbatasan tempat maka dengan sangat terpaksa peserta acara ini hanya dibatasi sebanyak 160 peserta saja.
Acara yang diadakan pada tanggal 18 September 2015 ini diawali dengan Deutsch Trial Course yakni kursus gratis yang diadakan khusus bagi 48 orang pendaftar pertama. Kursus ini dipandu oleh dua staf pengajar Pusman UGM, yakni Herr Iwan dan Frau Anti, dengan melibatkan kurang lebih 36 peserta yang hadir. Kursus ini menjadi makin meriah karena peserta yang sangat tertarik dan bersemangat untuk belajar. Pada kesempatan ini, peserta memperoleh modul dan belajar bersama mengenai bahasa Jerman secara menyenangkan, sehingga peserta mampu memahami struktur bahasa dan beberapa kosakata dalam Bahasa Jerman secara mendasar.




Setelah sesi Deutsch Trial Course selesai, maka dilanjutkan dengan Coffee Break sekaligus open gate bagi para peserta acara Talkshow. Peserta yang telah terdaftar sebelumnya kemudian berduyun – duyun mulai berdatangan dan langsung menempati kursi yang terhampar di halaman depan Pusman UGM. Pada pukul 15.30 WIB tepat acara Talkshow pun dimulai dengan sambutan ketua panitia. Pada kesempatan ini ketua panitia mengingatkan bahwa kesempatan istimewa yang didapatkan oleh peserta inilah yang harus disyukuri, mengingatkan masih banyaknya rekan – rekan yang menanyakan registrasi acara ini hingga semalam sebelum acara meskipun sudah terjual habis dari jauh – jauh hari. Oleh karena itu, ketua panitia berpesan bahwa peserta harus mampu memaksimalkan kesempatan yang ada di depan mata untuk menggali informasi dari setiap pembicara.

Vorstellung
Menuju ke bagian inti acara yang sebelumnya dibawakan oleh MC Mas Jiji, lalu dioper kepada mas Aiman selaku moderator Talkshow. Mas Aiman kemudian membacakan CV masing – masing pembicara yang memiliki background berbeda – beda yakni Josefin Wolf, Herr Aditya Rikfanto, S.Pd., M.A., dan mas Halim Perdana Kusuma. Josefin Wolf yang akrab disapa dengan Josi, merupakan Erasmus+ studentin yang saat ini tinggal di Indonesia sambil berkuliah di jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM selama 6 bulan kedepan. Mahasiswi kelahiran Hamburg ini tercatat berkuliah di jurusan “Ethnology and Cultural Anthropology” di Georg-August Universität Göttingen.
Herr Aditya Rikfanto, beliau merupakan salahsatu staf pengajar di Pusman yang baru saja pulang setelah tinggal selama 5,5 tahun di ibukota Jerman, Berlin. Aktivitas beliau selama di Jerman selain mengikuti Au Pair namun juga mengambil studi “Deutsch als Fremdsprache” di Technische Universität (TU) Berlin. Pengalaman luar biasa beliau yang membiayai kuliah secara mandiri menjadi sangat menarik dan siap dibagikan kepada peserta acara.
Pembicara ketiga yakni mas Halim Perdana Kusuma yang saat ini masih sibuk menyelesaikan studinya di Jurusan Sosiologi Fisipol UGM. Beliau merupakan Erasmus+ awardee di tahun 2014 yang mendapat kesempatan untuk menginjak tanah Jerman dan mencicipi rasanya kuliah di Georg-August Universität Göttingen selama 6 bulan. Tidak hanya itu, mas Halim mampu memanfaatkan kesempatan terbaiknya dengan menjelajahi sebanyak 12 negara di seantero Eropa.
Penasaran kan dengan pengalaman masing – masing pembicara tersebut? Simak kisahnya dalam ulasan berikut :)



Explore Daily Life in German
Josi menyampaikan secara singkat gambaran mengenai kehidupan sehari – hari ketika di Jerman, khususnya kota Göttingen yang menjadi tempat studinya. Banyak mahasiswa di Jerman yang mengambil kuliah dan saat itulah pertamakalinya keluar dari kota asal. Oleh karena itu, pertimbangan pertama yakni tempat tinggal. Pilihan tempat tinggal antara lain WG (Wohngemeinschaft), flat, student dorm atau share house. Josi secara pribadi merekomendasikan untuk tinggal di student dorm yangtergolong murah.

Sebagaimana umumnya mahasiswa yang harus menghemat anggaran, salahsatunya dengan mengatur makanan. Tentu untuk makan apabila memasak sendiri akan jauh lebih murah daripada di restoran. Mengenai sistem transportasi di Jerman sangat terjamin, terdapat angkutan bus yang dapat mengantarkan ke penjuru kota. Namun umumnya, mahasiswa lebih memilih untuk berjalan kaki atau naik sepeda. Salah satu moda transportasi yakni ICE merupakan kereta tercepat yang menghubungkan antar kota, misalnya dari Berlin ke Hamburg dengan sangat cepat, tetapi juga sangat mahal (bahkan Josi pun tidak pernah menggunakannya wkwk). Secara kasar, biaya untuk hidup per bulan sekitar 600 Euro, namun bisa bervariasi di setiap kota.
Sekitar 2/3 dari jumlah mahasiswa mendapatkan uang dengan cara bekerja secara part time dan merasa malu apabila masih mendapatkan uang dari orang tua. Beberapa pekerjaan yang sering dilakukan mahasiswa antara lain menjadi bartender, pelayan, bekerja di kafe atau toko roti dan mengantarkan dokumen. Uang yang diperoleh bervariasi tergantung pekerjaan masing – masing, rata - rata sekitar 8,5 - 14 per jam. Waktu luang selama kuliah dapat diisi dengan menyibukkan diri belajar musik, hang out bersama teman, berolahraga, dsb. Lalu, bagaimana cara menuju ke Jerman? Ada beberapa cara yang dapat ditempuh yakni melalui pertukaran pelajar, Au Pair dengan tinggal bersama keluarga di Jerman sambil mengasuh anak, atau beasiswa dari DAAD dan Erasmus Mundus yang dapat diakses lebih lanjut di website.

Kiat Sukses Studi di Jerman
Herr Aditya Rikfanto selaku pembicara kedua menyampaikan topik mengenai berbagai kiat studi selama di Jerman. Pengalaman luar biasa beliau selama 5,5 tahun tinggal di Berlin mampu dibawakan secara utuh pada audience. Perjalanan Herr Adit diawali dengan kuliah S1 di UNY kemudian melanjutkan studi di Jerman. Langkah pertama beliau di Jerman adalah mengikuti Au Pair, melalui program pemerintah yang mempersilahkan orang asing belajar budaya dan bahasa di Jerman dalam keluarga. Motivasi untuk mengambil kuliah yang semakin kuat ketika di Berlin didorong dari pengalaman beliau yang melihat banyak anak muda masih belum bisa belajar bahasa Jerman dan mengikuti studienkolleg namun semangat untuk berjuang menembus bangku kuliah. Tentunya pilihan untuk mengikuti kuliah dipertimbangkan secara masak - masak, salahsatunya harus mencari pekerjaan dulu agar bisa bertahan hidup dan mengikuti test DaF sebagai syarat untuk masuk kuliah.
Salahsatu peluang studi di Jerman semakin besar karena tidak memandang umur dan latar belakang, misalnya beliau yang awalnya berstatus sebagai “baby sitter” namun diterima dengan sangat baik. Keunggulan belajar Jerman diantaranya yakni pilihan studi yang sangat banyak dan bisa diakses melalui website www.studienwahl.de. Selain itu, banyak seminar kelas internasional yang diselenggarakan dengan peserta yang bersal dari seluruh penjuru dunia dan pembicara yang profesional. Jerman juga merupakan negara ketiga yang diminati oleh pelajar asing setelah Amerika dan Inggris.
Biaya pengeluaran berdasarkan pengalaman Herr Aditya yang umumnya menghabiskan sebanyak 761 , bisa dihemat hingga 500 per bulan. Biaya kuliah di Jerman tidak bisa disebut gratis, masih terdapat biaya kontribusi mahasiswa (Verwaltungsgebuhr)  namun meski demikian masih terhitung murah. Tips hidup irit yakni tinggal secara share, hal ini  sangat menghemat biaya namun juga ada resiko “makan ati” apabila bersama dengan partner yang kurang bersahabat; memasak sendiri dengan kisaran harga nasi sebesar 49 sen dan spaghetti 48 sen. Untuk transportasi kereta yang biasanya menghabiskan biaya 80 , tersedia student ticket dengan harga 50 per bulan namun dengan aturan baru boleh naik kereta pada jam 10 pagi. Selain itu, jangan pernah mengumbar akses data karena bisa di hack dan mendapatkan beban tagihan. Pilih asuransi yang ekonomis, misalnya Mawista dengan biaya 30 , Klemmer sebanyak 45 dan Hans Merkur sebanyak 60 . Alternatif pembiayaan bisa melalui Studentenjob dengan beban kerja maksimal 20 jam per minggu. Gerakan KKN: Kuliah Kerja Nabung juga sangat penting untuk menjamin semuanya berjalan lancar; cari waktu efektif untuk belajar sekaligus mendaftar kerja di bursa kerja mahasiswa.

Tips sukses studi dapat disingkat menjadi ERFOLG yang artinya sukses, yaitu:
-   Ernshaftigkeit alias serius atau bersungguh - sungguh,
-   Richtig planen atau merencanakan dengan baik,
-   Oft wiederholen, was du gelernt hast yang artinya berusaha untuk rajin dengan cara sering mengulang
-   Fleissig sein, yaitu tekun belajar
-   Lerngruppe machen, yakni membentuk teman belajar, dan
-   Grosse Lust und Liebe zu Grosse Taten, ini merupakan kalimat dari Wolfgang von Goethe yang berarti “Apabila anda ingin melakukan pekerjan besar, lakukan dengan cinta dan gairah”.

Kehidupan Mahasiswa Indonesia di Jerman

            Pembicara ketiga yakni Halim Perdana Kusuma yang memberikan gambaran kegiatan mahasiswa Indonesia selama studi di Jerman, khususnya di kota Göttingen, sebuah kota kecil dengan banyak penduduk Indonesia di dalamnya. Kalau dihitung mungkin sekitar 100 orang yang ada disana sehingga sering bertemu dengan orang Indonesia dimana - mana. Terdapat berbagai kegiatan yang unik misalnya selebrasi khas Gottingen khusus untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan studi doktoral yakni mencium patung Gänseliesel. Kegiatan lainnya yaitu kebiasaan untuk mengantar orang Indonesia yang akan pulang secara beramai – ramai, manggung di malam kebudayaan di Universitas Gottingen dan dihadiri bapak Kedubes Fauzi Bowo.
            Mas Halim studi di Jerman dengan beasiswa dari Erasmus+ selama 6 bulan, mesikpun perjalanan yang tidak singkat karena tidak hanya cukup sekali mencoba namun setelah keempat kalinya baru diterima. Ingin tahu beasiswa ini lebih lanjut? Silakan klik di website www.lotusplus.eu yaa.
Pengalaman seputar First Arrival yang dialami setelah total perjalanan selama 20 jam, cukup melelahkan bagi mas Halim dan bahkan sempat mengalami jetlag. Kebetulan sampai di Jerman pas bulan Oktober, bersamaan dengan München Oktoberfest yaitu salahsatu event tahunan dan perayaan rakyat yang terbesar sehingga meskipun lelah mendera badan tetapi demi event itu tetap berangkaat loo.
Selama tinggal di Jerman sebagaimana penjelasan pembicara seblumnya terdapat dua pilihan tempat tinggal, yakni WG dan Studentenwohnheim. Mas Halim tinggal di Studentenwohnheim yang mendapat bantuan dari Pemerintah Jerman sehingga biayanya lebih murah, yakni sekitar 220 dengan kekurangannya adalah share bathroom dan dapur. Selain itu, untuk mendapatkan Studentenwohnheim biasanya harus antri selama berbulan – bulan, namun karena mahasiswa pertukaran pelajar maka prosesnya dipermudah oleh international office. Setiap mahasiswa di Göttingen akan mendapatkan kartu yang multifungsi karena bisa menjadi kunci loker sekaligus dapat diisi dengan saldo, untuk print di perpustakaan dan makan di kantin dengan tips hemat setengah harga bila  makan setelah jam 3 sore.
Model perkuliahan ada dua macam yaitu Vorlesung dan Seminar. Vorlesung berupa kuliah besar, dengan peserta ratusan orang mahasiswa dan dosen menjelaskan melalui presentasi. Seminar merupakan kelas kecil dengan jumlah maksimal 15 orang dan sehari sebelumnya dosen sudah mengirimkan materi berupa jurnal untuk dipelajari secara mandiri, sehingga besoknya tinggal diskusi. Pengalaman pribadi mas Halim selama kuliah tidak ada absen, jadi yang penting ikut ujian dan harus mendaftar terlebih dahulu seminggu sebelum ujian di portal kampus.
Culture shock pasti dihadapi para pendatang baru, misalnya mengenai transportasi umum di Jerman dengan jadwal yang sangat banyak dan jeda antara bis satu dengan lainnya yang singkat hanya sekitar 5 menit. Oleh karena itu, harus tahu bus tujuan kita, jadwalnya sekaligus jam operasinya, untuk saat ini sudah lebih mudah dengan adanya akses via HP melalui aplikasi untuk cek jadwal transportasi. Mahasiswa  memiliki kemudahan tersendiri dengan memiliki semester ticket jadi tidak perlu repot beli tiket di mesin. Hal selanjutnya yaitu makanan yang harus cukup berhati - hati karena tidak tahu halal haramnya khususnya bagi mahasiswa muslim, alternatifnya bisa belanja ke Toko Turki atau Asia, bahan makanan Indonesia pun cukup banyak jadi tidak perlu khawatir. Kultur individu di Jerman sangat ramah dengan pendatang dan taat aturan, selain itu juga tepat waktu jadi kita harus stand by minimal 10 menit sebelumnya sudah di tempat. Gaya hidup bagi mereka yang sangat ramah lingkungan dengan pengelolaan sampah yang bagus, banyak produk organik dan bersepeda.
Mahasiswa Indonesia di Jerman tergabung dalam PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) yang saat ini terdiri dari 21 cabang dan semuanya aktif. Kegiatan PPI cukup beragam, diantaranya: masak, travelling, diskusi dan mengadakan pertemuan tahunan. Kendala bahasa yang sering dihadapi oleh mahasiswa baru selama di Jerman harus disiasati, oleh karena itu sebelum ke Jerman wajib belajar bahasa terlebih dahulu untuk menunjang kehidupan sehari  hari.
Waktu selama di Eropa tidak dilewatkan oleh mas Halim dengan kuliah saja, namun juga jalan – jalan sekeliling Eropa hingga 12 negara. Salahsatu tips travelling yang cukup diandalkan yaitu melalui Couchsurfing yang sangat membantu selama perjalanan. Cerita pengalaman jalan – jalan ini menutup sesi materi tentang kehidupan mahasiswa Indonesia di Jerman.

Q&A Session
Sesi selanjutnya adalah sesi yang paling banyak menyedot antusias peserta yaitu sesi tanya jawab. Di sesi ini antusiasme peserta ditunjukkan dengan berebutnya acungan jari untuk mendapat kesempatan untuk bertanya, namun karena waktu yang terbatas sehingga hanya dibatasi dalam 3 termin. Sebanyak 9 penanya yang terpilih menyampaikan pertanyaannya seputar homesick, kriminalitas hingga info Au Pair maupun Erasmus, dsb. Beberapa hal yang menjadi catatan adalah kriminalitas di Jerman menurut Josi yang tergolong rendah namun harus tetap waspada khususnya sepeda milik pribadi karena hal ini merupakan komoditas curian utama layakanya sepeda motor di Indonesia.
 Pertimbangan dalam melanjutkan kuliah di Jerman, menurut Herr Adit akan lebih baik ketika kuliah S1 di Indonesia terlebih dahulu kemudian lanjut S2 di Jerman. Hal ini karena dilihat dari sisi kedewasaan dan kesiapan belajarnya sehingga bagi lulusan sekolah cenderung kesulitan untuk mengikuti studi karena mengalami kendala bahasa dan kultur kuliah. Selain itu untuk melanjutkan studi di Jerman disarankan untuk linier karena akan lebih besar peluang diterima sesuai dengan pengalaman beliau yang sangat sulit untuk menembus pilihan studi yang lainnya.
Persyaratan mengenai Erasmus langsung ditimpali oleh Mas Halim yang menyampaikan salahsatunya adalah sertifikat bahasa, terutama bahasa Inggris. Nmaun pengalaman mas Halim pribadi yang kebetulan sudah lama belajar bahasa Jerman dan mengambil tes di Goethe sehingga sudah memiliki bekal berupa sertifikat A1. Selain itu, Motivation Letter dan Recommendation Letter juga harus dimatangkan untuk mendukung syarat administrasi yang telah kita persiapkan.
Berakhirnya sesi tanya jawab kemudian dilanjutkan dengan acara terakhir yang sangat dinantikan oleh peserta yaitu sesi pembagian Doorprize. Pusman UGM telah mempersiapkan berbagai macam doorprize mulai dari souvenir berupa gelas cantik, buku mengenai “Semua Fakta tentang Jerman” dan hadiah utama berupa Voucher gratis untuk kursus satu level di Pusat Studi Jerman UGM. Sesi ini semakin meriah dengan sumbangan dari mas Halim yang turut membagikan Postcard langsung dari Eropa bagi para peserta yang beruntung.

Pembagian Doorprize pun berakhir dan menutup seluruh rangkain acara yang telah berjalan dengan lancar. Terimakasih banyak atas sponsor dari Goethe Institut “Sprache.Kultur.Deutschland” dan Top40 “Karaoke Keluarga” yang telah membantu menyukseskan acara. Terimakasih banyak untuk keluarga besar Pusat Studi Jerman yang telah rela berjibaku dan bersusah payah untuk mewujudkan acara ini hingga sukses dan memberikan manfaat bagi peserta. Semoga kita masih bisa berjumpa di agenda Pusman selanjutnya.

Mari persiapkan bekal sebaik-baiknya, yuk berjuang bersama menuju Jerman! J


NB: 
Bagi teman - teman yang ingin men-download materi presentasi dari masing-masing pembicara dapat langsung meng-klik tautan berikut:
https://drive.google.com/folderview?id=0BzKWDsBLwrDpYmVacF8xcjdQTUk&usp=sharing

Terimakasih dan semoga bermanfaat :)