Eksplorasi, Relasi dan Kompetisi dalam Harmoni Keberagaman
Masa muda merupakan masa yang
diwarnai dengan berbagai hal persahabatan, pencarian jati diri dan memiliki
energi sangat tinggi yang harus disalurkan secara positif. UNESCO
mendefinisikan bahwa pemuda merupakan kelompok usia transisi dari masa kanak –
kanak yang masih memiliki ketergantungan menuju masa dewasa yang lebih bebas
dan munculnya kesadaran sebagai bagian dari komunitas[4]. Hal ini
menunjukkan bahwa pemuda merupakan bagian yang sangat krusial dalam menjalani
tahap pembinaan dan pengembangan kapasitas diri menjadi pribadi yang lebih baik
untuk kemajuan peradaban suatu bangsa.
Kondisi Indonesia saat ini dengan jumlah
penduduk sebanyak 251 juta jiwa, sebanyak 44,98% merupakan usia produktif yakni
pada kelompok usia 15 – 64 tahun. Kondisi ini akan terus meningkat hingga tahun
2025 mendatang[1]. Hal inilah yang disebut dengan Bonus Demografi
yang ditandai dengan jumlah penduduk dengan usia produktif melebihi jumlah usia
non produktif sehingga beban tanggungan akan semakin ringan[2]. Hal
ini dapat menjadi momentum lompatan bangsa kita agar mampu berakselerasi
menjadi negara maju berpendapatan tinggi[2]. Tentu hal tersebut
dapat terwujud dengan dukungan dari berbagai faktor. Salahsatu diantaranya
adalah penduduk yang berkualitas dan tersedianya lapangan tenaga kerja[1].
Namun sebaliknya, apabila sejak dari sekarang tidak dirancang strategi khusus
untuk menghadapi hal tersebut, justru dapat menimbulkan bencana dan hilangnya window of opportunity. Hal ini semakin menekankan
bahwa peran pemuda sangat diperlukan dan menentukan arah gerak bangsa kita kedepan.
Per 1 Januari 2016, seluruh
negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN akan memasuki sebuah komunitas
baru yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Saat ini ASEAN
memiliki wilayah penduduk sekitar 591 juta orang atau 8,8 persen dari total
populasi dunia dengan kekuatan ekonomi ketiga terbesar dunia. Oleh karena itu,
MEA dicetuskan untuk meningkatkan daya saing ASEAN di mata dunia. Ide yang
diusung sejak 1997 tersebut, akan berlangsung dengan ditopang empat pilar utama
antara lain: terbentuknya pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan
regional ekonomi yang berdaya saing tinggi, pertumbuhan ekonomi yang merata dan
integrasi penuh dengan perekonomian global. Pilar yang pertama didukung dengan
aliran bebas barang, tenaga kerja terampil, jasa, investasi dan modal. Hal
inilah yang mendasari adanya pergerakan arus tenaga kerja terampil secara bebas
di wilayah ASEAN. Pegerakan tenaga kerja tersebut akan meliputi beberapa bidang
profesi yang telah disepakati antara lain insinyur, perawat, arsitek, dokter,
dokter gigi dan akuntan[3]. Oleh karena itu, peluang tersedianya
lapangan tenaga kerja sudah terbuka lebar di depan mata, namun tentu kesempatan
ini tidak dapat diperoleh secara instan, harus ada persiapan sejak sedini
mungkin.
Indonesia sebagai negara dengan
jumlah penduduk terbanyak dan terbesar di Asia Tenggara memiliki potensi sumber
daya yang sangat kuat untuk turut berperan dalam MEA. Di sisi lain, dalam
perjalanan bonus demografi ini pemuda akan sangat menentukan masa depan bangsa.
Pemerintah perlu memperhatikan dan memberikan ruang tersendiri bagi para pemuda
untuk turut menentukan arah gerak bangsa kedepan.
Terdapat berbagai macam potensi dari sikap pemuda yang dapat
dikembangkan dalam menghadapi situasi global hari ini, diantaranya adalah
eksplorasi, relasi dan kompetisi. Pemuda sangat aktif dalam mencari identitas maupun
jati diri, sehingga melakukan eksplorasi ke dalam seluruh aspek yang disukai dan
terlebih pada daerah disekitar lingkungannya. Sayangnya hal ini terkadang dapat
memberikan efek negatif, khususnya pada pemuda yang sedang berkembang di
lingkungan yang kurang produktif. Banyak pemuda yang mengekspresikan kebebasannya
dengan melanggar aturan, sehingga justru memicu berbagai permasalahan sosial
seperti menjadi pecandu narkoba maupun kasus kriminal lainnya. Oleh karena itu,
perlu diciptakan lingkungan yang baik sekaligus menarik pemuda agar mampu
bergabung dalam suatu program pengembangan kapasitas diri tanpa membatasi peran
pemuda namun tetap dalam koridor tata aturan yang berlaku.
Salahsatu obsesi pemuda yang
dapat dikembangkan adalah sikap keingintahuannya terhadap dunia. Hal tersebut
dapat difasilitasi dengan memberikan ruang yang terbuka dan secara luas kepada
para pemuda untuk berpetualang mengarungi dunia. Pertukaran pelajar ke luar
negeri merupakan salah satu opsi yang mendukung aspek ini. Student exchange di level Asia Tenggara mampu memfasilitasi pemuda
dalam ajang eksplorasi dan adaptasi hidup di negara yang berbeda. Selain itu,
ajang pertukaran pelajar mampu menjadi sarana komunikasi budaya yang efektif
dan meningkatkan kecintaan terhadap budaya dalam negeri, sehingga akan semakin
memperdalam khazanah budaya Asia
Tenggara. Saat ini, dalam dunia akademisi tentu telah ada beberapa program
pertukaran pelajar yang berlangsung namun masih memiliki kekurangan dari segi aksesibilitas
dan jumlah yang terbatas bagi para pemuda Indonesia. Hal ini dapat disiasati dengan
meningkatkan intensitas maupun kapasitas para pemuda agar mampu diarahkan untuk
kegiatan positif ini.
Beasiswa studi ke luar negeri
khususnya di Asia Tenggara juga harus ditingkatkan. Program tersebut secara
tidak langsung menjadi sarana memacu profesionalisme untuk mencapai kompetensi
di bidang masing – masing. Selain itu, dengan adanya beasiswa akan menciptakan
peluang untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat
berbeda sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri sekaligus kesempatan untuk
ekspansi menjadi tenaga kerja profesional di negara tersebut. Pemerintah
memiliki andil yang besar dalam menciptakan berbagai peluang tersebut.
Tahapan masa muda selalu
membutuhkan ruang dan sahabat untuk berkembang bersama. Oleh karena itu, pemuda
sangat bersemangat dalam membangun relasi dengan siapapun, khususnya yang
memiliki angan dan cita bersama. Pandangan yang visioner didukung dengan sifat
eksplorasi yang tinggi mampu difasilitasi dengan Forum pertemuan pemuda atau
pelajar tingkat Asia Tenggara. Saat ini telah ada banyak program Pemuda di Asia
Tenggara namun masih bersifat umum sehingga cakupan kapasitasnya masih sedikit.
Hal ini tentu harus ditingkatkan dengan membentuk forum pemuda yang memiliki spesifikasi
dan rumpun ilmu masing – masing. Efek positif yang dapat diperoleh selain
terjalin rasa persaudaraan, namun juga menjadi wahana saling bertukar informasi
mengenai kondisi negara masing – masing. Liberalisasi tenaga kerja profesional
dalam MEA akan semakin berjalan mulus dengan adanya kegiatan tersebut, hal ini
karena semakin meningkatnya komunikasi secara intensif. Forum tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk pembahasan berbagai kendala sekaligus pembahasan
berbagai rancangan dan strategi pendukung dalam skema MEA misalnya MRA (Mutual Recognition Agreement).
Selain itu, forum perkumpulan
pemuda tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menggalakkan Community Service. Hal ini tentu telah
kita sadari bersama bahwa tidak semua negara di Asia Tenggara telah memiliki
kedudukan ekonomi yang setara. Pemuda yang masih memiliki energi yang tinggi
dan memiliki kekuatan dapat dioptimalkan dengan memberikan bantuan dalam bentuk
apapun sebagai upaya untuk menyejahteraan warga di negara tersebut.
Masa muda selain diwarnai
dengan petualangan maupun membangun jaaringan relasi, juga diwarnai dengan
ajang eksistensi diri. Dapat kita cermati kondisi lingkungan kita dengan banyaknya
pemuda yang kemudian bergabung dengan komunitas tertentu dan rela melakukan apapun
agar dirinya tetap dianggap eksis di lingkungan sosial. Salahsatu permasalahan
yang mengemuka adalah munculnya komunitas yang dicap negatif karena melakukan
berbagai tindakan yang meresahkan masyarakat, misalnya melakukan vandalisme di
masyarakat hanya sebagai sarana untuk menunjukkan jati diri di khalayak umum.
Hal ini menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa yang paling kuat dalam
rangka membentuk karakter dan menunjukkan eksistensinya pada dunia namun tentu harus
diarahkan ke bidang yang positif.
Eksistensi dapat diperoleh
melalui berbagai macam cara, dapat berupa ajang kompetisi maupun pameran hasil
karya individual dan berbagai macam pertunjukan. Ajang kompetisi dapat diadakan
dengan berbagai perlombaan yang sesuai dengan karakter muda, sehingga akan
mengasah kreativitas. Salahsatu contohnya adalah lomba desain, mural atau
poster yang mengangkat unsur budaya dari masing – masing negara, hal ini selain
meningkatkan pengalaman dalam hal menelaah budaya sendiri selain itu juga dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai bentuk kebudayaan negara di sekitar kita.
Bagi mahasiswa maupun kalangan pelajar dapat difasilitasi dengan berbagai macam
perlombaan mengenai bidang pendidikan tertentu atau karya tulis di tingkat Asia
Tenggara. Berbagai pameran mengenai kesenian maupun pertunjukan juga dapat
diciptakan agar pemuda makin mencintai kebudayaan sendiri, sekaligus memiliki
karakter yang kuat dengan mengusung nilai lokal ke dunia internasional. Semua
hal tersebut dirancang dengan maksud supaya pemuda semakin disibukkan dengan
kegiatan dan mampu menyalurkan energinya ke dalam hal positif sekaligus membawa
karakter sesuai dengan kepribadian bangsa namun berwawasan dunia.
MEA sudah selayaknya disikapi
dengan positif yakni dengan meningkatnya peluang hubungan kerjasama antarnegara
Asia Tenggara dan terbukanya lapangan kerja yang lebih luas. Namun kedua hal
tersebut, tentu dapat dicapai dengan berbagai persiapan yang matang dan
individu yang siap untuk berkompetisi di dunia global. Harapannya tentu kita
semua mampu memanfaatkan window of
opportunity dalam momentum bonus demografi sekaligus Masyarakat Ekonomi
ASEAN sehingga mampu menjadi zona akselerasi Indonesia yang bertransformasi
menjadi negara maju. Tahun 2028 – 2031 diperkirakan merupakan puncak bonus
demografi[2], oleh karena itu pemuda yang saat ini sedang
berkembanglah yang akan menjadi penentu haluan bangsa. Manfaatkan setiap
peluang yang ada saat ini dan tambatkan cita – cita setinggi mungkin untuk
mengenal dunia yang sangat luas. Kini sudah saatnya kita menyikapi keberagaman
dan perbedaan bukan menjadi suatu ancaman, namun dapat disikapi secara positif
dan menunjang eksistensi suatu bangsa. Dengan menciptakan ruang bagi pemuda
dalam melakukan eksplorasi, membangun relasi dan berkompetisi di level Asia
Tenggara maka pemuda akan semakin siap dan bersemangat untuk berkontribusi
penuh di era MEA.
Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Lomba Karya Tulis Sampoerna Corner 2015
“Generasi Muda Menjawab Persaingan dan Tantangan Global
di Era MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN)”
Oktober 2015, Sleman
©muhfahmialfian
Sumber Referensi:
1. BKKBN, 2003, Bonus Demografi, diakses tanggal 7 Mei 2015
2. Kompas, Modal Mencapai Bonus Demografi Tak Memadai, Selasa 28 April 2015.
3. Penerbit Buku Kompas, 2015, Tinjauan Kompas: Menatap Indonesia 2015 Antara Harapan dan Tantangan, PT. Gramedia, Jakarta.
4. UNESCO,2015, What do we mean by “youth”, diakses tanggal 6 Mei 2015, (http://www.unesco.org/new/en/social-and-humansciences/themes/youth/ youth-definition/)
Sumber Gambar
http://www.isigood.com/wp-content/uploads/2014/11/1119238shutterstock-124494013780x390 770x470.jpg