Sunday, September 20, 2015

Berjuang Bersama Meraih Mimpi Menuju Jerman


Pusat Studi Jerman UGM kembali mengadakan event  yang keempat kalinya dalam rangkaian tahun ini, yakni Talkshow “Studentenleben in Deutschland” atau Student Life in Germany. Talkshow ini diadakan untuk memfasilitasi masyarakat dengan cara berbagi informasi mengenai  berbagai macam persiapan dan gambaran sekaligus mendongkrak motivasi untuk melanjutkan studi ke negeri Jerman. Acara ini mampu menyedot animo masyarakat yang sangat tinggi untuk melanjutkan studi di Jerman, terbukti dengan tiket acara yang telah sold out semenjak H+10 pendaftaran dibuka. Namun karena keterbatasan tempat maka dengan sangat terpaksa peserta acara ini hanya dibatasi sebanyak 160 peserta saja.
Acara yang diadakan pada tanggal 18 September 2015 ini diawali dengan Deutsch Trial Course yakni kursus gratis yang diadakan khusus bagi 48 orang pendaftar pertama. Kursus ini dipandu oleh dua staf pengajar Pusman UGM, yakni Herr Iwan dan Frau Anti, dengan melibatkan kurang lebih 36 peserta yang hadir. Kursus ini menjadi makin meriah karena peserta yang sangat tertarik dan bersemangat untuk belajar. Pada kesempatan ini, peserta memperoleh modul dan belajar bersama mengenai bahasa Jerman secara menyenangkan, sehingga peserta mampu memahami struktur bahasa dan beberapa kosakata dalam Bahasa Jerman secara mendasar.




Setelah sesi Deutsch Trial Course selesai, maka dilanjutkan dengan Coffee Break sekaligus open gate bagi para peserta acara Talkshow. Peserta yang telah terdaftar sebelumnya kemudian berduyun – duyun mulai berdatangan dan langsung menempati kursi yang terhampar di halaman depan Pusman UGM. Pada pukul 15.30 WIB tepat acara Talkshow pun dimulai dengan sambutan ketua panitia. Pada kesempatan ini ketua panitia mengingatkan bahwa kesempatan istimewa yang didapatkan oleh peserta inilah yang harus disyukuri, mengingatkan masih banyaknya rekan – rekan yang menanyakan registrasi acara ini hingga semalam sebelum acara meskipun sudah terjual habis dari jauh – jauh hari. Oleh karena itu, ketua panitia berpesan bahwa peserta harus mampu memaksimalkan kesempatan yang ada di depan mata untuk menggali informasi dari setiap pembicara.

Vorstellung
Menuju ke bagian inti acara yang sebelumnya dibawakan oleh MC Mas Jiji, lalu dioper kepada mas Aiman selaku moderator Talkshow. Mas Aiman kemudian membacakan CV masing – masing pembicara yang memiliki background berbeda – beda yakni Josefin Wolf, Herr Aditya Rikfanto, S.Pd., M.A., dan mas Halim Perdana Kusuma. Josefin Wolf yang akrab disapa dengan Josi, merupakan Erasmus+ studentin yang saat ini tinggal di Indonesia sambil berkuliah di jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM selama 6 bulan kedepan. Mahasiswi kelahiran Hamburg ini tercatat berkuliah di jurusan “Ethnology and Cultural Anthropology” di Georg-August Universität Göttingen.
Herr Aditya Rikfanto, beliau merupakan salahsatu staf pengajar di Pusman yang baru saja pulang setelah tinggal selama 5,5 tahun di ibukota Jerman, Berlin. Aktivitas beliau selama di Jerman selain mengikuti Au Pair namun juga mengambil studi “Deutsch als Fremdsprache” di Technische Universität (TU) Berlin. Pengalaman luar biasa beliau yang membiayai kuliah secara mandiri menjadi sangat menarik dan siap dibagikan kepada peserta acara.
Pembicara ketiga yakni mas Halim Perdana Kusuma yang saat ini masih sibuk menyelesaikan studinya di Jurusan Sosiologi Fisipol UGM. Beliau merupakan Erasmus+ awardee di tahun 2014 yang mendapat kesempatan untuk menginjak tanah Jerman dan mencicipi rasanya kuliah di Georg-August Universität Göttingen selama 6 bulan. Tidak hanya itu, mas Halim mampu memanfaatkan kesempatan terbaiknya dengan menjelajahi sebanyak 12 negara di seantero Eropa.
Penasaran kan dengan pengalaman masing – masing pembicara tersebut? Simak kisahnya dalam ulasan berikut :)



Explore Daily Life in German
Josi menyampaikan secara singkat gambaran mengenai kehidupan sehari – hari ketika di Jerman, khususnya kota Göttingen yang menjadi tempat studinya. Banyak mahasiswa di Jerman yang mengambil kuliah dan saat itulah pertamakalinya keluar dari kota asal. Oleh karena itu, pertimbangan pertama yakni tempat tinggal. Pilihan tempat tinggal antara lain WG (Wohngemeinschaft), flat, student dorm atau share house. Josi secara pribadi merekomendasikan untuk tinggal di student dorm yangtergolong murah.

Sebagaimana umumnya mahasiswa yang harus menghemat anggaran, salahsatunya dengan mengatur makanan. Tentu untuk makan apabila memasak sendiri akan jauh lebih murah daripada di restoran. Mengenai sistem transportasi di Jerman sangat terjamin, terdapat angkutan bus yang dapat mengantarkan ke penjuru kota. Namun umumnya, mahasiswa lebih memilih untuk berjalan kaki atau naik sepeda. Salah satu moda transportasi yakni ICE merupakan kereta tercepat yang menghubungkan antar kota, misalnya dari Berlin ke Hamburg dengan sangat cepat, tetapi juga sangat mahal (bahkan Josi pun tidak pernah menggunakannya wkwk). Secara kasar, biaya untuk hidup per bulan sekitar 600 Euro, namun bisa bervariasi di setiap kota.
Sekitar 2/3 dari jumlah mahasiswa mendapatkan uang dengan cara bekerja secara part time dan merasa malu apabila masih mendapatkan uang dari orang tua. Beberapa pekerjaan yang sering dilakukan mahasiswa antara lain menjadi bartender, pelayan, bekerja di kafe atau toko roti dan mengantarkan dokumen. Uang yang diperoleh bervariasi tergantung pekerjaan masing – masing, rata - rata sekitar 8,5 - 14 per jam. Waktu luang selama kuliah dapat diisi dengan menyibukkan diri belajar musik, hang out bersama teman, berolahraga, dsb. Lalu, bagaimana cara menuju ke Jerman? Ada beberapa cara yang dapat ditempuh yakni melalui pertukaran pelajar, Au Pair dengan tinggal bersama keluarga di Jerman sambil mengasuh anak, atau beasiswa dari DAAD dan Erasmus Mundus yang dapat diakses lebih lanjut di website.

Kiat Sukses Studi di Jerman
Herr Aditya Rikfanto selaku pembicara kedua menyampaikan topik mengenai berbagai kiat studi selama di Jerman. Pengalaman luar biasa beliau selama 5,5 tahun tinggal di Berlin mampu dibawakan secara utuh pada audience. Perjalanan Herr Adit diawali dengan kuliah S1 di UNY kemudian melanjutkan studi di Jerman. Langkah pertama beliau di Jerman adalah mengikuti Au Pair, melalui program pemerintah yang mempersilahkan orang asing belajar budaya dan bahasa di Jerman dalam keluarga. Motivasi untuk mengambil kuliah yang semakin kuat ketika di Berlin didorong dari pengalaman beliau yang melihat banyak anak muda masih belum bisa belajar bahasa Jerman dan mengikuti studienkolleg namun semangat untuk berjuang menembus bangku kuliah. Tentunya pilihan untuk mengikuti kuliah dipertimbangkan secara masak - masak, salahsatunya harus mencari pekerjaan dulu agar bisa bertahan hidup dan mengikuti test DaF sebagai syarat untuk masuk kuliah.
Salahsatu peluang studi di Jerman semakin besar karena tidak memandang umur dan latar belakang, misalnya beliau yang awalnya berstatus sebagai “baby sitter” namun diterima dengan sangat baik. Keunggulan belajar Jerman diantaranya yakni pilihan studi yang sangat banyak dan bisa diakses melalui website www.studienwahl.de. Selain itu, banyak seminar kelas internasional yang diselenggarakan dengan peserta yang bersal dari seluruh penjuru dunia dan pembicara yang profesional. Jerman juga merupakan negara ketiga yang diminati oleh pelajar asing setelah Amerika dan Inggris.
Biaya pengeluaran berdasarkan pengalaman Herr Aditya yang umumnya menghabiskan sebanyak 761 , bisa dihemat hingga 500 per bulan. Biaya kuliah di Jerman tidak bisa disebut gratis, masih terdapat biaya kontribusi mahasiswa (Verwaltungsgebuhr)  namun meski demikian masih terhitung murah. Tips hidup irit yakni tinggal secara share, hal ini  sangat menghemat biaya namun juga ada resiko “makan ati” apabila bersama dengan partner yang kurang bersahabat; memasak sendiri dengan kisaran harga nasi sebesar 49 sen dan spaghetti 48 sen. Untuk transportasi kereta yang biasanya menghabiskan biaya 80 , tersedia student ticket dengan harga 50 per bulan namun dengan aturan baru boleh naik kereta pada jam 10 pagi. Selain itu, jangan pernah mengumbar akses data karena bisa di hack dan mendapatkan beban tagihan. Pilih asuransi yang ekonomis, misalnya Mawista dengan biaya 30 , Klemmer sebanyak 45 dan Hans Merkur sebanyak 60 . Alternatif pembiayaan bisa melalui Studentenjob dengan beban kerja maksimal 20 jam per minggu. Gerakan KKN: Kuliah Kerja Nabung juga sangat penting untuk menjamin semuanya berjalan lancar; cari waktu efektif untuk belajar sekaligus mendaftar kerja di bursa kerja mahasiswa.

Tips sukses studi dapat disingkat menjadi ERFOLG yang artinya sukses, yaitu:
-   Ernshaftigkeit alias serius atau bersungguh - sungguh,
-   Richtig planen atau merencanakan dengan baik,
-   Oft wiederholen, was du gelernt hast yang artinya berusaha untuk rajin dengan cara sering mengulang
-   Fleissig sein, yaitu tekun belajar
-   Lerngruppe machen, yakni membentuk teman belajar, dan
-   Grosse Lust und Liebe zu Grosse Taten, ini merupakan kalimat dari Wolfgang von Goethe yang berarti “Apabila anda ingin melakukan pekerjan besar, lakukan dengan cinta dan gairah”.

Kehidupan Mahasiswa Indonesia di Jerman

            Pembicara ketiga yakni Halim Perdana Kusuma yang memberikan gambaran kegiatan mahasiswa Indonesia selama studi di Jerman, khususnya di kota Göttingen, sebuah kota kecil dengan banyak penduduk Indonesia di dalamnya. Kalau dihitung mungkin sekitar 100 orang yang ada disana sehingga sering bertemu dengan orang Indonesia dimana - mana. Terdapat berbagai kegiatan yang unik misalnya selebrasi khas Gottingen khusus untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan studi doktoral yakni mencium patung Gänseliesel. Kegiatan lainnya yaitu kebiasaan untuk mengantar orang Indonesia yang akan pulang secara beramai – ramai, manggung di malam kebudayaan di Universitas Gottingen dan dihadiri bapak Kedubes Fauzi Bowo.
            Mas Halim studi di Jerman dengan beasiswa dari Erasmus+ selama 6 bulan, mesikpun perjalanan yang tidak singkat karena tidak hanya cukup sekali mencoba namun setelah keempat kalinya baru diterima. Ingin tahu beasiswa ini lebih lanjut? Silakan klik di website www.lotusplus.eu yaa.
Pengalaman seputar First Arrival yang dialami setelah total perjalanan selama 20 jam, cukup melelahkan bagi mas Halim dan bahkan sempat mengalami jetlag. Kebetulan sampai di Jerman pas bulan Oktober, bersamaan dengan München Oktoberfest yaitu salahsatu event tahunan dan perayaan rakyat yang terbesar sehingga meskipun lelah mendera badan tetapi demi event itu tetap berangkaat loo.
Selama tinggal di Jerman sebagaimana penjelasan pembicara seblumnya terdapat dua pilihan tempat tinggal, yakni WG dan Studentenwohnheim. Mas Halim tinggal di Studentenwohnheim yang mendapat bantuan dari Pemerintah Jerman sehingga biayanya lebih murah, yakni sekitar 220 dengan kekurangannya adalah share bathroom dan dapur. Selain itu, untuk mendapatkan Studentenwohnheim biasanya harus antri selama berbulan – bulan, namun karena mahasiswa pertukaran pelajar maka prosesnya dipermudah oleh international office. Setiap mahasiswa di Göttingen akan mendapatkan kartu yang multifungsi karena bisa menjadi kunci loker sekaligus dapat diisi dengan saldo, untuk print di perpustakaan dan makan di kantin dengan tips hemat setengah harga bila  makan setelah jam 3 sore.
Model perkuliahan ada dua macam yaitu Vorlesung dan Seminar. Vorlesung berupa kuliah besar, dengan peserta ratusan orang mahasiswa dan dosen menjelaskan melalui presentasi. Seminar merupakan kelas kecil dengan jumlah maksimal 15 orang dan sehari sebelumnya dosen sudah mengirimkan materi berupa jurnal untuk dipelajari secara mandiri, sehingga besoknya tinggal diskusi. Pengalaman pribadi mas Halim selama kuliah tidak ada absen, jadi yang penting ikut ujian dan harus mendaftar terlebih dahulu seminggu sebelum ujian di portal kampus.
Culture shock pasti dihadapi para pendatang baru, misalnya mengenai transportasi umum di Jerman dengan jadwal yang sangat banyak dan jeda antara bis satu dengan lainnya yang singkat hanya sekitar 5 menit. Oleh karena itu, harus tahu bus tujuan kita, jadwalnya sekaligus jam operasinya, untuk saat ini sudah lebih mudah dengan adanya akses via HP melalui aplikasi untuk cek jadwal transportasi. Mahasiswa  memiliki kemudahan tersendiri dengan memiliki semester ticket jadi tidak perlu repot beli tiket di mesin. Hal selanjutnya yaitu makanan yang harus cukup berhati - hati karena tidak tahu halal haramnya khususnya bagi mahasiswa muslim, alternatifnya bisa belanja ke Toko Turki atau Asia, bahan makanan Indonesia pun cukup banyak jadi tidak perlu khawatir. Kultur individu di Jerman sangat ramah dengan pendatang dan taat aturan, selain itu juga tepat waktu jadi kita harus stand by minimal 10 menit sebelumnya sudah di tempat. Gaya hidup bagi mereka yang sangat ramah lingkungan dengan pengelolaan sampah yang bagus, banyak produk organik dan bersepeda.
Mahasiswa Indonesia di Jerman tergabung dalam PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) yang saat ini terdiri dari 21 cabang dan semuanya aktif. Kegiatan PPI cukup beragam, diantaranya: masak, travelling, diskusi dan mengadakan pertemuan tahunan. Kendala bahasa yang sering dihadapi oleh mahasiswa baru selama di Jerman harus disiasati, oleh karena itu sebelum ke Jerman wajib belajar bahasa terlebih dahulu untuk menunjang kehidupan sehari  hari.
Waktu selama di Eropa tidak dilewatkan oleh mas Halim dengan kuliah saja, namun juga jalan – jalan sekeliling Eropa hingga 12 negara. Salahsatu tips travelling yang cukup diandalkan yaitu melalui Couchsurfing yang sangat membantu selama perjalanan. Cerita pengalaman jalan – jalan ini menutup sesi materi tentang kehidupan mahasiswa Indonesia di Jerman.

Q&A Session
Sesi selanjutnya adalah sesi yang paling banyak menyedot antusias peserta yaitu sesi tanya jawab. Di sesi ini antusiasme peserta ditunjukkan dengan berebutnya acungan jari untuk mendapat kesempatan untuk bertanya, namun karena waktu yang terbatas sehingga hanya dibatasi dalam 3 termin. Sebanyak 9 penanya yang terpilih menyampaikan pertanyaannya seputar homesick, kriminalitas hingga info Au Pair maupun Erasmus, dsb. Beberapa hal yang menjadi catatan adalah kriminalitas di Jerman menurut Josi yang tergolong rendah namun harus tetap waspada khususnya sepeda milik pribadi karena hal ini merupakan komoditas curian utama layakanya sepeda motor di Indonesia.
 Pertimbangan dalam melanjutkan kuliah di Jerman, menurut Herr Adit akan lebih baik ketika kuliah S1 di Indonesia terlebih dahulu kemudian lanjut S2 di Jerman. Hal ini karena dilihat dari sisi kedewasaan dan kesiapan belajarnya sehingga bagi lulusan sekolah cenderung kesulitan untuk mengikuti studi karena mengalami kendala bahasa dan kultur kuliah. Selain itu untuk melanjutkan studi di Jerman disarankan untuk linier karena akan lebih besar peluang diterima sesuai dengan pengalaman beliau yang sangat sulit untuk menembus pilihan studi yang lainnya.
Persyaratan mengenai Erasmus langsung ditimpali oleh Mas Halim yang menyampaikan salahsatunya adalah sertifikat bahasa, terutama bahasa Inggris. Nmaun pengalaman mas Halim pribadi yang kebetulan sudah lama belajar bahasa Jerman dan mengambil tes di Goethe sehingga sudah memiliki bekal berupa sertifikat A1. Selain itu, Motivation Letter dan Recommendation Letter juga harus dimatangkan untuk mendukung syarat administrasi yang telah kita persiapkan.
Berakhirnya sesi tanya jawab kemudian dilanjutkan dengan acara terakhir yang sangat dinantikan oleh peserta yaitu sesi pembagian Doorprize. Pusman UGM telah mempersiapkan berbagai macam doorprize mulai dari souvenir berupa gelas cantik, buku mengenai “Semua Fakta tentang Jerman” dan hadiah utama berupa Voucher gratis untuk kursus satu level di Pusat Studi Jerman UGM. Sesi ini semakin meriah dengan sumbangan dari mas Halim yang turut membagikan Postcard langsung dari Eropa bagi para peserta yang beruntung.

Pembagian Doorprize pun berakhir dan menutup seluruh rangkain acara yang telah berjalan dengan lancar. Terimakasih banyak atas sponsor dari Goethe Institut “Sprache.Kultur.Deutschland” dan Top40 “Karaoke Keluarga” yang telah membantu menyukseskan acara. Terimakasih banyak untuk keluarga besar Pusat Studi Jerman yang telah rela berjibaku dan bersusah payah untuk mewujudkan acara ini hingga sukses dan memberikan manfaat bagi peserta. Semoga kita masih bisa berjumpa di agenda Pusman selanjutnya.

Mari persiapkan bekal sebaik-baiknya, yuk berjuang bersama menuju Jerman! J


NB: 
Bagi teman - teman yang ingin men-download materi presentasi dari masing-masing pembicara dapat langsung meng-klik tautan berikut:
https://drive.google.com/folderview?id=0BzKWDsBLwrDpYmVacF8xcjdQTUk&usp=sharing

Terimakasih dan semoga bermanfaat :)

No comments:

Post a Comment