Pusat
Studi Jerman UGM kembali mengadakan event
yang keempat kalinya dalam rangkaian
tahun ini, yakni Talkshow “Studentenleben in Deutschland” atau Student Life in Germany. Talkshow ini
diadakan untuk memfasilitasi masyarakat dengan cara berbagi informasi mengenai berbagai macam persiapan dan gambaran
sekaligus mendongkrak motivasi untuk melanjutkan studi ke negeri Jerman. Acara
ini mampu menyedot animo masyarakat yang sangat tinggi untuk melanjutkan studi
di Jerman, terbukti dengan tiket acara yang telah sold out semenjak H+10 pendaftaran dibuka. Namun karena
keterbatasan tempat maka dengan sangat terpaksa peserta acara ini hanya
dibatasi sebanyak 160 peserta saja.
Acara
yang diadakan pada tanggal 18 September 2015 ini diawali dengan Deutsch Trial Course yakni kursus gratis
yang diadakan khusus bagi 48 orang pendaftar pertama. Kursus ini dipandu oleh
dua staf pengajar Pusman UGM, yakni Herr Iwan dan Frau Anti, dengan melibatkan
kurang lebih 36 peserta yang hadir. Kursus ini menjadi makin meriah karena
peserta yang sangat tertarik dan bersemangat untuk belajar. Pada kesempatan
ini, peserta memperoleh modul dan belajar bersama mengenai bahasa Jerman secara
menyenangkan, sehingga peserta mampu memahami struktur bahasa dan beberapa
kosakata dalam Bahasa Jerman secara mendasar.
Setelah
sesi Deutsch Trial Course selesai,
maka dilanjutkan dengan Coffee Break sekaligus
open gate bagi para peserta acara
Talkshow. Peserta yang telah terdaftar sebelumnya kemudian berduyun – duyun mulai
berdatangan dan langsung menempati kursi yang terhampar di halaman depan Pusman
UGM. Pada pukul 15.30 WIB tepat acara Talkshow pun dimulai dengan sambutan
ketua panitia. Pada kesempatan ini ketua panitia mengingatkan bahwa kesempatan
istimewa yang didapatkan oleh peserta inilah yang harus disyukuri, mengingatkan
masih banyaknya rekan – rekan yang menanyakan registrasi acara ini hingga
semalam sebelum acara meskipun sudah terjual habis dari jauh – jauh hari. Oleh
karena itu, ketua panitia berpesan bahwa peserta harus mampu memaksimalkan
kesempatan yang ada di depan mata untuk menggali informasi dari setiap
pembicara.
Vorstellung
Menuju
ke bagian inti acara yang sebelumnya dibawakan oleh MC Mas Jiji, lalu dioper
kepada mas Aiman selaku moderator Talkshow. Mas Aiman kemudian membacakan CV
masing – masing pembicara yang memiliki background
berbeda – beda yakni Josefin Wolf, Herr Aditya Rikfanto, S.Pd., M.A., dan mas
Halim Perdana Kusuma. Josefin Wolf yang akrab disapa dengan Josi, merupakan Erasmus+ studentin yang saat ini tinggal
di Indonesia sambil berkuliah di jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM selama
6 bulan kedepan. Mahasiswi kelahiran Hamburg ini tercatat berkuliah di jurusan “Ethnology
and Cultural Anthropology” di Georg-August Universität Göttingen.
Herr
Aditya Rikfanto, beliau merupakan salahsatu staf pengajar di Pusman yang baru
saja pulang setelah tinggal selama 5,5 tahun di ibukota Jerman, Berlin.
Aktivitas beliau selama di Jerman selain mengikuti Au Pair namun juga mengambil
studi “Deutsch als Fremdsprache” di Technische Universität (TU) Berlin. Pengalaman
luar biasa beliau yang membiayai kuliah secara mandiri menjadi sangat menarik
dan siap dibagikan kepada peserta acara.
Pembicara
ketiga yakni mas Halim Perdana Kusuma yang saat ini masih sibuk menyelesaikan
studinya di Jurusan Sosiologi Fisipol UGM. Beliau merupakan Erasmus+ awardee di tahun 2014 yang mendapat
kesempatan untuk menginjak tanah Jerman dan mencicipi rasanya kuliah di Georg-August
Universität Göttingen selama 6 bulan. Tidak hanya itu, mas Halim mampu
memanfaatkan kesempatan terbaiknya dengan menjelajahi sebanyak 12 negara di
seantero Eropa.
Penasaran
kan dengan pengalaman masing – masing pembicara tersebut? Simak kisahnya dalam
ulasan berikut :)
Explore
Daily Life in German
Josi
menyampaikan secara singkat gambaran mengenai kehidupan sehari – hari ketika di
Jerman, khususnya kota Göttingen yang menjadi tempat studinya. Banyak mahasiswa
di Jerman yang mengambil kuliah dan saat itulah pertamakalinya keluar dari kota
asal. Oleh karena itu, pertimbangan pertama yakni tempat tinggal. Pilihan tempat
tinggal antara lain WG (Wohngemeinschaft),
flat, student dorm atau share house.
Josi secara pribadi merekomendasikan untuk tinggal di student dorm yangtergolong murah.
Sebagaimana
umumnya mahasiswa yang harus menghemat anggaran, salahsatunya dengan mengatur
makanan. Tentu untuk makan apabila memasak sendiri akan jauh lebih murah
daripada di restoran. Mengenai sistem transportasi di Jerman sangat terjamin, terdapat
angkutan bus yang dapat mengantarkan ke penjuru kota. Namun umumnya, mahasiswa lebih
memilih untuk berjalan kaki atau naik sepeda. Salah satu moda transportasi
yakni ICE merupakan kereta tercepat yang menghubungkan antar kota, misalnya
dari Berlin ke Hamburg dengan sangat cepat, tetapi juga sangat mahal (bahkan
Josi pun tidak pernah menggunakannya wkwk). Secara kasar, biaya untuk hidup per
bulan sekitar 600 Euro, namun bisa bervariasi di setiap kota.
Sekitar
2/3 dari jumlah mahasiswa mendapatkan uang dengan cara bekerja secara part time dan merasa malu apabila masih
mendapatkan uang dari orang tua. Beberapa pekerjaan yang sering dilakukan
mahasiswa antara lain menjadi bartender, pelayan, bekerja di kafe atau toko
roti dan mengantarkan dokumen. Uang yang diperoleh bervariasi tergantung
pekerjaan masing – masing, rata - rata sekitar 8,5 - 14 €
per jam. Waktu luang selama kuliah dapat diisi dengan menyibukkan diri belajar musik,
hang out bersama teman, berolahraga,
dsb. Lalu, bagaimana cara menuju ke Jerman? Ada beberapa cara yang dapat
ditempuh yakni melalui pertukaran pelajar, Au Pair dengan tinggal bersama
keluarga di Jerman sambil mengasuh anak, atau beasiswa dari DAAD dan Erasmus
Mundus yang dapat diakses lebih lanjut di website.
Kiat
Sukses Studi di Jerman
Herr
Aditya Rikfanto selaku pembicara kedua menyampaikan topik mengenai berbagai
kiat studi selama di Jerman. Pengalaman luar biasa beliau selama 5,5 tahun
tinggal di Berlin mampu dibawakan secara utuh pada audience. Perjalanan Herr Adit diawali dengan kuliah S1 di UNY
kemudian melanjutkan studi di Jerman. Langkah pertama beliau di Jerman adalah
mengikuti Au Pair, melalui program pemerintah yang mempersilahkan orang asing
belajar budaya dan bahasa di Jerman dalam keluarga. Motivasi untuk mengambil
kuliah yang semakin kuat ketika di Berlin didorong dari pengalaman beliau yang
melihat banyak anak muda masih belum bisa belajar bahasa Jerman dan mengikuti studienkolleg namun semangat untuk
berjuang menembus bangku kuliah. Tentunya pilihan untuk mengikuti kuliah
dipertimbangkan secara masak - masak, salahsatunya harus mencari pekerjaan dulu
agar bisa bertahan hidup dan mengikuti test DaF sebagai syarat untuk masuk
kuliah.
Salahsatu
peluang studi di Jerman semakin besar karena tidak memandang umur dan latar
belakang, misalnya beliau yang awalnya berstatus sebagai “baby sitter” namun
diterima dengan sangat baik. Keunggulan belajar Jerman diantaranya yakni
pilihan studi yang sangat banyak dan bisa diakses melalui website www.studienwahl.de. Selain itu, banyak seminar
kelas internasional yang diselenggarakan dengan peserta yang bersal dari
seluruh penjuru dunia dan pembicara yang profesional. Jerman juga merupakan negara
ketiga yang diminati oleh pelajar asing setelah Amerika dan Inggris.
Biaya
pengeluaran berdasarkan pengalaman Herr Aditya yang umumnya menghabiskan
sebanyak 761 €,
bisa dihemat hingga 500 € per bulan. Biaya kuliah di Jerman tidak bisa
disebut gratis, masih terdapat biaya kontribusi mahasiswa (Verwaltungsgebuhr) namun meski
demikian masih terhitung murah. Tips hidup irit yakni tinggal secara share, hal ini sangat menghemat biaya namun juga ada resiko “makan
ati” apabila bersama dengan partner yang kurang bersahabat; memasak sendiri dengan
kisaran harga nasi sebesar 49 sen dan spaghetti 48 sen. Untuk transportasi
kereta yang biasanya menghabiskan biaya 80 €,
tersedia student ticket dengan harga
50 € per
bulan namun dengan aturan baru boleh naik kereta pada jam 10 pagi. Selain itu,
jangan pernah mengumbar akses data karena bisa di hack dan mendapatkan beban tagihan. Pilih asuransi yang ekonomis,
misalnya Mawista dengan biaya 30 €,
Klemmer sebanyak 45 € dan Hans Merkur sebanyak 60 €.
Alternatif pembiayaan bisa melalui Studentenjob
dengan beban kerja maksimal 20 jam per minggu. Gerakan KKN: Kuliah Kerja Nabung
juga sangat penting untuk menjamin semuanya berjalan lancar; cari waktu efektif
untuk belajar sekaligus mendaftar kerja di bursa kerja mahasiswa.
Tips
sukses studi dapat disingkat menjadi ERFOLG
yang artinya sukses, yaitu:
- Ernshaftigkeit
alias serius atau bersungguh - sungguh,
- Richtig planen
atau merencanakan dengan baik,
- Oft wiederholen, was du gelernt hast
yang artinya berusaha untuk rajin dengan cara sering mengulang
- Fleissig sein,
yaitu tekun belajar
- Lerngruppe machen,
yakni membentuk teman belajar, dan
- Grosse Lust und Liebe zu Grosse
Taten, ini merupakan kalimat dari Wolfgang von Goethe
yang berarti “Apabila anda ingin melakukan pekerjan besar, lakukan dengan cinta
dan gairah”.
Kehidupan
Mahasiswa Indonesia di Jerman
Pembicara ketiga yakni Halim Perdana Kusuma yang
memberikan gambaran kegiatan mahasiswa Indonesia selama studi di Jerman,
khususnya di kota Göttingen, sebuah kota kecil dengan banyak penduduk Indonesia
di dalamnya. Kalau dihitung mungkin sekitar 100 orang yang ada disana sehingga sering
bertemu dengan orang Indonesia dimana - mana. Terdapat berbagai kegiatan yang
unik misalnya selebrasi khas Gottingen khusus untuk mahasiswa yang telah
menyelesaikan studi doktoral yakni mencium patung Gänseliesel. Kegiatan lainnya
yaitu kebiasaan untuk mengantar orang Indonesia yang akan pulang secara beramai
– ramai, manggung di malam kebudayaan di Universitas Gottingen dan dihadiri
bapak Kedubes Fauzi Bowo.
Mas Halim studi di Jerman dengan beasiswa dari Erasmus+
selama 6 bulan, mesikpun perjalanan yang tidak singkat karena tidak hanya cukup
sekali mencoba namun setelah keempat kalinya baru diterima. Ingin tahu beasiswa
ini lebih lanjut? Silakan klik di website www.lotusplus.eu
yaa.
Pengalaman
seputar First Arrival yang dialami
setelah total perjalanan selama 20 jam, cukup melelahkan bagi mas Halim dan
bahkan sempat mengalami jetlag.
Kebetulan sampai di Jerman pas bulan Oktober, bersamaan dengan München Oktoberfest
yaitu salahsatu event tahunan dan perayaan rakyat yang terbesar sehingga
meskipun lelah mendera badan tetapi demi event
itu tetap berangkaat loo.
Selama
tinggal di Jerman sebagaimana penjelasan pembicara seblumnya terdapat dua
pilihan tempat tinggal, yakni WG dan Studentenwohnheim.
Mas Halim tinggal di Studentenwohnheim
yang mendapat bantuan dari Pemerintah Jerman sehingga biayanya lebih murah, yakni
sekitar 220 € dengan
kekurangannya adalah share bathroom
dan dapur. Selain itu, untuk mendapatkan Studentenwohnheim
biasanya harus antri selama berbulan – bulan, namun karena mahasiswa pertukaran
pelajar maka prosesnya dipermudah oleh international
office. Setiap mahasiswa di Göttingen akan mendapatkan kartu yang
multifungsi karena bisa menjadi kunci loker sekaligus dapat diisi dengan saldo,
untuk print di perpustakaan dan makan
di kantin dengan tips hemat setengah harga bila makan setelah jam 3 sore.
Model
perkuliahan ada dua macam yaitu Vorlesung
dan Seminar. Vorlesung berupa kuliah
besar, dengan peserta ratusan orang mahasiswa dan dosen menjelaskan melalui
presentasi. Seminar merupakan kelas kecil dengan jumlah maksimal 15 orang dan
sehari sebelumnya dosen sudah mengirimkan materi berupa jurnal untuk dipelajari
secara mandiri, sehingga besoknya tinggal diskusi. Pengalaman pribadi mas Halim
selama kuliah tidak ada absen, jadi yang penting ikut ujian dan harus mendaftar
terlebih dahulu seminggu sebelum ujian di portal kampus.
Culture shock
pasti dihadapi para pendatang baru, misalnya mengenai transportasi umum di
Jerman dengan jadwal yang sangat banyak dan jeda antara bis satu dengan lainnya
yang singkat hanya sekitar 5 menit. Oleh karena itu, harus tahu bus tujuan kita,
jadwalnya sekaligus jam operasinya, untuk saat ini sudah lebih mudah dengan
adanya akses via HP melalui aplikasi untuk cek jadwal transportasi. Mahasiswa memiliki kemudahan tersendiri dengan memiliki semester ticket jadi tidak perlu repot
beli tiket di mesin. Hal selanjutnya yaitu makanan yang harus cukup berhati -
hati karena tidak tahu halal haramnya khususnya bagi mahasiswa muslim,
alternatifnya bisa belanja ke Toko Turki atau Asia, bahan makanan Indonesia pun
cukup banyak jadi tidak perlu khawatir. Kultur individu di Jerman sangat ramah dengan
pendatang dan taat aturan, selain itu juga tepat waktu jadi kita harus stand by minimal 10 menit sebelumnya
sudah di tempat. Gaya hidup bagi mereka yang sangat ramah lingkungan dengan
pengelolaan sampah yang bagus, banyak produk organik dan bersepeda.
Mahasiswa
Indonesia di Jerman tergabung dalam PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) yang saat
ini terdiri dari 21 cabang dan semuanya aktif. Kegiatan PPI cukup beragam,
diantaranya: masak, travelling,
diskusi dan mengadakan pertemuan tahunan. Kendala bahasa yang sering dihadapi
oleh mahasiswa baru selama di Jerman harus disiasati, oleh karena itu sebelum
ke Jerman wajib belajar bahasa terlebih dahulu untuk menunjang kehidupan
sehari hari.
Waktu
selama di Eropa tidak dilewatkan oleh mas Halim dengan kuliah saja, namun juga
jalan – jalan sekeliling Eropa hingga 12 negara. Salahsatu tips travelling yang
cukup diandalkan yaitu melalui Couchsurfing
yang sangat membantu selama perjalanan. Cerita pengalaman jalan – jalan ini
menutup sesi materi tentang kehidupan mahasiswa Indonesia di Jerman.
Q&A Session
Sesi
selanjutnya adalah sesi yang paling banyak menyedot antusias peserta yaitu sesi
tanya jawab. Di sesi ini antusiasme peserta ditunjukkan dengan berebutnya
acungan jari untuk mendapat kesempatan untuk bertanya, namun karena waktu yang
terbatas sehingga hanya dibatasi dalam 3 termin. Sebanyak 9 penanya yang
terpilih menyampaikan pertanyaannya seputar homesick,
kriminalitas hingga info Au Pair maupun Erasmus, dsb. Beberapa hal yang menjadi
catatan adalah kriminalitas di Jerman menurut Josi yang tergolong rendah namun
harus tetap waspada khususnya sepeda milik pribadi karena hal ini merupakan
komoditas curian utama layakanya sepeda motor di Indonesia.
Pertimbangan dalam melanjutkan kuliah di Jerman,
menurut Herr Adit akan lebih baik ketika kuliah S1 di Indonesia terlebih dahulu
kemudian lanjut S2 di Jerman. Hal ini karena dilihat dari sisi kedewasaan dan
kesiapan belajarnya sehingga bagi lulusan sekolah cenderung kesulitan untuk
mengikuti studi karena mengalami kendala bahasa dan kultur kuliah. Selain itu
untuk melanjutkan studi di Jerman disarankan untuk linier karena akan lebih
besar peluang diterima sesuai dengan pengalaman beliau yang sangat sulit untuk
menembus pilihan studi yang lainnya.
Persyaratan
mengenai Erasmus langsung ditimpali oleh Mas Halim yang menyampaikan salahsatunya
adalah sertifikat bahasa, terutama bahasa Inggris. Nmaun pengalaman mas Halim
pribadi yang kebetulan sudah lama belajar bahasa Jerman dan mengambil tes di
Goethe sehingga sudah memiliki bekal berupa sertifikat A1. Selain itu, Motivation Letter dan Recommendation Letter juga harus dimatangkan
untuk mendukung syarat administrasi yang telah kita persiapkan.
Berakhirnya
sesi tanya jawab kemudian dilanjutkan dengan acara terakhir yang sangat
dinantikan oleh peserta yaitu sesi pembagian Doorprize. Pusman UGM telah mempersiapkan berbagai macam doorprize
mulai dari souvenir berupa gelas cantik, buku mengenai “Semua Fakta tentang
Jerman” dan hadiah utama berupa Voucher gratis untuk kursus satu level di Pusat
Studi Jerman UGM. Sesi ini semakin meriah dengan sumbangan dari mas Halim yang
turut membagikan Postcard langsung
dari Eropa bagi para peserta yang beruntung.
Pembagian
Doorprize pun berakhir dan menutup
seluruh rangkain acara yang telah berjalan dengan lancar. Terimakasih banyak
atas sponsor dari Goethe Institut “Sprache.Kultur.Deutschland”
dan Top40 “Karaoke Keluarga” yang telah membantu menyukseskan acara.
Terimakasih banyak untuk keluarga besar Pusat Studi Jerman yang telah rela
berjibaku dan bersusah payah untuk mewujudkan acara ini hingga sukses dan
memberikan manfaat bagi peserta. Semoga kita masih bisa berjumpa di agenda
Pusman selanjutnya.
Mari persiapkan bekal
sebaik-baiknya, yuk berjuang bersama menuju Jerman! J
NB:
Bagi teman - teman yang ingin men-download materi presentasi dari masing-masing pembicara dapat langsung meng-klik tautan berikut:
https://drive.google.com/folderview?id=0BzKWDsBLwrDpYmVacF8xcjdQTUk&usp=sharing
Terimakasih dan semoga bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment