Wednesday, October 14, 2015

WACANA #1

Eksplorasi, Relasi dan Kompetisi dalam Harmoni Keberagaman


Masa muda merupakan masa yang diwarnai dengan berbagai hal persahabatan, pencarian jati diri dan memiliki energi sangat tinggi yang harus disalurkan secara positif. UNESCO mendefinisikan bahwa pemuda merupakan kelompok usia transisi dari masa kanak – kanak yang masih memiliki ketergantungan menuju masa dewasa yang lebih bebas dan munculnya kesadaran sebagai bagian dari komunitas[4]. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda merupakan bagian yang sangat krusial dalam menjalani tahap pembinaan dan pengembangan kapasitas diri menjadi pribadi yang lebih baik untuk kemajuan peradaban suatu bangsa.
 Kondisi Indonesia saat ini dengan jumlah penduduk sebanyak 251 juta jiwa, sebanyak 44,98% merupakan usia produktif yakni pada kelompok usia 15 – 64 tahun. Kondisi ini akan terus meningkat hingga tahun 2025 mendatang[1]. Hal inilah yang disebut dengan Bonus Demografi yang ditandai dengan jumlah penduduk dengan usia produktif melebihi jumlah usia non produktif sehingga beban tanggungan akan semakin ringan[2]. Hal ini dapat menjadi momentum lompatan bangsa kita agar mampu berakselerasi menjadi negara maju berpendapatan tinggi[2]. Tentu hal tersebut dapat terwujud dengan dukungan dari berbagai faktor. Salahsatu diantaranya adalah penduduk yang berkualitas dan tersedianya lapangan tenaga kerja[1]. Namun sebaliknya, apabila sejak dari sekarang tidak dirancang strategi khusus untuk menghadapi hal tersebut, justru dapat menimbulkan bencana dan hilangnya window of opportunity. Hal ini semakin menekankan bahwa peran pemuda sangat diperlukan dan menentukan arah gerak bangsa kita kedepan.
Per 1 Januari 2016, seluruh negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN akan memasuki sebuah komunitas baru yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Saat ini ASEAN memiliki wilayah penduduk sekitar 591 juta orang atau 8,8 persen dari total populasi dunia dengan kekuatan ekonomi ketiga terbesar dunia. Oleh karena itu, MEA dicetuskan untuk meningkatkan daya saing ASEAN di mata dunia. Ide yang diusung sejak 1997 tersebut, akan berlangsung dengan ditopang empat pilar utama antara lain: terbentuknya pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi, pertumbuhan ekonomi yang merata dan integrasi penuh dengan perekonomian global. Pilar yang pertama didukung dengan aliran bebas barang, tenaga kerja terampil, jasa, investasi dan modal. Hal inilah yang mendasari adanya pergerakan arus tenaga kerja terampil secara bebas di wilayah ASEAN. Pegerakan tenaga kerja tersebut akan meliputi beberapa bidang profesi yang telah disepakati antara lain insinyur, perawat, arsitek, dokter, dokter gigi dan akuntan[3]. Oleh karena itu, peluang tersedianya lapangan tenaga kerja sudah terbuka lebar di depan mata, namun tentu kesempatan ini tidak dapat diperoleh secara instan, harus ada persiapan sejak sedini mungkin.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak dan terbesar di Asia Tenggara memiliki potensi sumber daya yang sangat kuat untuk turut berperan dalam MEA. Di sisi lain, dalam perjalanan bonus demografi ini pemuda akan sangat menentukan masa depan bangsa. Pemerintah perlu memperhatikan dan memberikan ruang tersendiri bagi para pemuda untuk turut menentukan arah gerak bangsa kedepan.
   Terdapat berbagai macam potensi dari sikap pemuda yang dapat dikembangkan dalam menghadapi situasi global hari ini, diantaranya adalah eksplorasi, relasi dan kompetisi. Pemuda sangat aktif dalam mencari identitas maupun jati diri, sehingga melakukan eksplorasi ke dalam seluruh aspek yang disukai dan terlebih pada daerah disekitar lingkungannya. Sayangnya hal ini terkadang dapat memberikan efek negatif, khususnya pada pemuda yang sedang berkembang di lingkungan yang kurang produktif. Banyak pemuda yang mengekspresikan kebebasannya dengan melanggar aturan, sehingga justru memicu berbagai permasalahan sosial seperti menjadi pecandu narkoba maupun kasus kriminal lainnya. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan yang baik sekaligus menarik pemuda agar mampu bergabung dalam suatu program pengembangan kapasitas diri tanpa membatasi peran pemuda namun tetap dalam koridor tata aturan yang berlaku.
Salahsatu obsesi pemuda yang dapat dikembangkan adalah sikap keingintahuannya terhadap dunia. Hal tersebut dapat difasilitasi dengan memberikan ruang yang terbuka dan secara luas kepada para pemuda untuk berpetualang mengarungi dunia. Pertukaran pelajar ke luar negeri merupakan salah satu opsi yang mendukung aspek ini. Student exchange di level Asia Tenggara mampu memfasilitasi pemuda dalam ajang eksplorasi dan adaptasi hidup di negara yang berbeda. Selain itu, ajang pertukaran pelajar mampu menjadi sarana komunikasi budaya yang efektif dan meningkatkan kecintaan terhadap budaya dalam negeri, sehingga akan semakin memperdalam khazanah  budaya Asia Tenggara. Saat ini, dalam dunia akademisi tentu telah ada beberapa program pertukaran pelajar yang berlangsung namun masih memiliki kekurangan dari segi aksesibilitas dan jumlah yang terbatas bagi para pemuda Indonesia. Hal ini dapat disiasati dengan meningkatkan intensitas maupun kapasitas para pemuda agar mampu diarahkan untuk kegiatan positif ini.
Beasiswa studi ke luar negeri khususnya di Asia Tenggara juga harus ditingkatkan. Program tersebut secara tidak langsung menjadi sarana memacu profesionalisme untuk mencapai kompetensi di bidang masing – masing. Selain itu, dengan adanya beasiswa akan menciptakan peluang untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat berbeda sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri sekaligus kesempatan untuk ekspansi menjadi tenaga kerja profesional di negara tersebut. Pemerintah memiliki andil yang besar dalam menciptakan berbagai peluang tersebut.
Tahapan masa muda selalu membutuhkan ruang dan sahabat untuk berkembang bersama. Oleh karena itu, pemuda sangat bersemangat dalam membangun relasi dengan siapapun, khususnya yang memiliki angan dan cita bersama. Pandangan yang visioner didukung dengan sifat eksplorasi yang tinggi mampu difasilitasi dengan Forum pertemuan pemuda atau pelajar tingkat Asia Tenggara. Saat ini telah ada banyak program Pemuda di Asia Tenggara namun masih bersifat umum sehingga cakupan kapasitasnya masih sedikit. Hal ini tentu harus ditingkatkan dengan membentuk forum pemuda yang memiliki spesifikasi dan rumpun ilmu masing – masing. Efek positif yang dapat diperoleh selain terjalin rasa persaudaraan, namun juga menjadi wahana saling bertukar informasi mengenai kondisi negara masing – masing. Liberalisasi tenaga kerja profesional dalam MEA akan semakin berjalan mulus dengan adanya kegiatan tersebut, hal ini karena semakin meningkatnya komunikasi secara intensif. Forum tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk pembahasan berbagai kendala sekaligus pembahasan berbagai rancangan dan strategi pendukung dalam skema MEA misalnya MRA (Mutual Recognition Agreement).
Selain itu, forum perkumpulan pemuda tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menggalakkan Community Service. Hal ini tentu telah kita sadari bersama bahwa tidak semua negara di Asia Tenggara telah memiliki kedudukan ekonomi yang setara. Pemuda yang masih memiliki energi yang tinggi dan memiliki kekuatan dapat dioptimalkan dengan memberikan bantuan dalam bentuk apapun sebagai upaya untuk menyejahteraan warga di negara tersebut.
Masa muda selain diwarnai dengan petualangan maupun membangun jaaringan relasi, juga diwarnai dengan ajang eksistensi diri. Dapat kita cermati kondisi lingkungan kita dengan banyaknya pemuda yang kemudian bergabung dengan komunitas tertentu dan rela melakukan apapun agar dirinya tetap dianggap eksis di lingkungan sosial. Salahsatu permasalahan yang mengemuka adalah munculnya komunitas yang dicap negatif karena melakukan berbagai tindakan yang meresahkan masyarakat, misalnya melakukan vandalisme di masyarakat hanya sebagai sarana untuk menunjukkan jati diri di khalayak umum. Hal ini menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa yang paling kuat dalam rangka membentuk karakter dan menunjukkan eksistensinya pada dunia namun tentu harus diarahkan ke bidang yang positif.
Eksistensi dapat diperoleh melalui berbagai macam cara, dapat berupa ajang kompetisi maupun pameran hasil karya individual dan berbagai macam pertunjukan. Ajang kompetisi dapat diadakan dengan berbagai perlombaan yang sesuai dengan karakter muda, sehingga akan mengasah kreativitas. Salahsatu contohnya adalah lomba desain, mural atau poster yang mengangkat unsur budaya dari masing – masing negara, hal ini selain meningkatkan pengalaman dalam hal menelaah budaya sendiri selain itu juga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai bentuk kebudayaan negara di sekitar kita. Bagi mahasiswa maupun kalangan pelajar dapat difasilitasi dengan berbagai macam perlombaan mengenai bidang pendidikan tertentu atau karya tulis di tingkat Asia Tenggara. Berbagai pameran mengenai kesenian maupun pertunjukan juga dapat diciptakan agar pemuda makin mencintai kebudayaan sendiri, sekaligus memiliki karakter yang kuat dengan mengusung nilai lokal ke dunia internasional. Semua hal tersebut dirancang dengan maksud supaya pemuda semakin disibukkan dengan kegiatan dan mampu menyalurkan energinya ke dalam hal positif sekaligus membawa karakter sesuai dengan kepribadian bangsa namun berwawasan dunia.
MEA sudah selayaknya disikapi dengan positif yakni dengan meningkatnya peluang hubungan kerjasama antarnegara Asia Tenggara dan terbukanya lapangan kerja yang lebih luas. Namun kedua hal tersebut, tentu dapat dicapai dengan berbagai persiapan yang matang dan individu yang siap untuk berkompetisi di dunia global. Harapannya tentu kita semua mampu memanfaatkan window of opportunity dalam momentum bonus demografi sekaligus Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga mampu menjadi zona akselerasi Indonesia yang bertransformasi menjadi negara maju. Tahun 2028 – 2031 diperkirakan merupakan puncak bonus demografi[2], oleh karena itu pemuda yang saat ini sedang berkembanglah yang akan menjadi penentu haluan bangsa. Manfaatkan setiap peluang yang ada saat ini dan tambatkan cita – cita setinggi mungkin untuk mengenal dunia yang sangat luas. Kini sudah saatnya kita menyikapi keberagaman dan perbedaan bukan menjadi suatu ancaman, namun dapat disikapi secara positif dan menunjang eksistensi suatu bangsa. Dengan menciptakan ruang bagi pemuda dalam melakukan eksplorasi, membangun relasi dan berkompetisi di level Asia Tenggara maka pemuda akan semakin siap dan bersemangat untuk berkontribusi penuh di era MEA. 

Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Lomba Karya Tulis Sampoerna Corner 2015
“Generasi Muda Menjawab Persaingan dan Tantangan Global di Era MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN)

Oktober 2015, Sleman
©muhfahmialfian

Sumber Referensi:
1.  BKKBN, 2003, Bonus Demografi, diakses tanggal 7 Mei 2015
2.  Kompas, Modal Mencapai Bonus Demografi Tak Memadai, Selasa 28 April 2015.
3.  Penerbit Buku Kompas, 2015, Tinjauan Kompas: Menatap Indonesia 2015 Antara Harapan dan Tantangan, PT. Gramedia, Jakarta.
4.  UNESCO,2015, What do we mean by “youth”, diakses tanggal 6 Mei 2015, (http://www.unesco.org/new/en/social-and-humansciences/themes/youth/ youth-definition/)

Sumber Gambar
     http://www.isigood.com/wp-content/uploads/2014/11/1119238shutterstock-124494013780x390 770x470.jpg

1 comment: